Jumat 02 Dec 2022 11:43 WIB

Dorong Ekonomi Sirkular, UMKM Binaan Badak NGL Olah Limbah Jadi Baling-Baling dan Perahu

PT Badak memberi dukungan untuk menghasilkan produk daur ulang bernilai tinggi.

Pekerja Telihan Recycle sedang membuat baling-baling perahu dari bahan limbah PT Badak NGL, Bintang, Kalimantan Timur.
Foto: Foto Istimewa
Pekerja Telihan Recycle sedang membuat baling-baling perahu dari bahan limbah PT Badak NGL, Bintang, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- UMKM mitra binaan PT Badak NGL, Telihan Recycle, berinovasi mengolah sampah aluminium pembungkus pipa gas (insulation) yang sudah tak terpakai milik PT Badak NGL, menjadi baling-baling kapal yang dibutuhkan para nelayan di Bontang dan Kalimantan Timur.

"Kapasitas maksimal produksinya bisa mencapai 100 unit baling-baling per hari. Dijual dengan harga Rp 15.000 per unit, lebih murah dari harga produk sejenis yang dijual di toko-toko," kata Manager CSR dan Relation PT Badak NGL, M Irfan Hidayat di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (1/12/2022).

Irfan mengatakan produk baling-baling kapal Telihan Recycle merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan yang mulai dijalankan PT Badak NGL pada tahun ini sebagai komitmen untuk turut menjaga lingkungan di wilayah Kota Bontang.

Menurut Irfan, Telihan Recycle pada awalnya menjalankan pengelolaan bank sampah. Kemudian mulai tahun ini PT Badak memberikan dukungan untuk berinovasi menghasilkan produk daur ulang yang mempunyai nilai tambah lebih besar.

 

Selain memasok kebutuhan bahan baku limbah aluminium, menurut Irfan, pihak Badak NGL memberikan bantuan alat peleburan dan mendatangkan tenaga ahli teknologi peleburan dari Jawa untuk memberikan pelatihan kepada anggota Telihan Recycle.

Alfian, Koordinator Telihan Recycle, mengatakan dalam memproduksi baling-baling kapal, pihaknya sebagian besar memanfaatkan sampah aluminium dari PT Badak. Selain itu, ada juga sampah panci, kanvas rem dan lainnya dari rumah tangga, bengkel maupun pengepul yang ada di sekitar wilayah Kelurahan Telihan, Bontang.

Sampah-sampah tersebut dilebur lalu dibentuk menjadi baling-baling kapal atau juga menjadi batangan ingot dengan kemurnian hingga 98 persen. "Ingot ini dipakai untuk membuat baling-baling kapal ukuran 13 PK dan sebagian dijual apabila dapat penawaran harga yang cukup bagus," ujar Alfian.

Dari satu kilogram ingot bisa untuk memproduksi 4-5 unit baling-baling kapal ukuran 13 PK. Alfian menjelaskan selama produksi baling-baling kapal sejak 3-4 bulan lalu, Telihan recycle sudah mampu mempekerjakan 5 pekerja dengan standar gaji UMR sekitar Rp 3 jutaan per bulan.

"Total anggota Telihan Recycle ada 12 orang. Namun yang sudah mendapat pelatihan pembuatan baling-baling kapal aluminium ada 5 orang," katanya.

Alfian berharap PT Badak ke depan bisa juga membantu dalam memperluas pemasaran dan promosi produk baling-baling Telihan Recycle. Diharapkan, dukungan promosi itu dapat meningkatkan penjualan baling-baling dan memperluas area penjualannya hingga ke seluruh Kaltim.

Sementara itu di Bontang Kuala, Badak NGL juga memberikan Pendampingan pada pengrajin perahu pembuatan perahu dari limbah polyurethane.

Saat ini sudah ada dua perahu buatan pengrajin Bontang Kuala yang terbuat dari limbah polyurethane Badak NGL.

“Satu untuk perahu anti banjir dan kedua perahu untuk pengangkutan sampah. Akan dibuat satu perahu lagi untuk nelayan yang tidak punya perahu," kata Manager CSR dan Relation PT Badak NGL, M Irfan Hidayat.

Menurut Irfan, perahu yang dibuat dari polyurethane lebih tahan lama dibandingkan perahu yang terbuat dari kayu. Namun, diakuinya, harga perahu berbahan polyurethane ini lebih mahal dibandingkan perahu kayu.

"Kalau harga perahu kayu itu hanya Rp 15 juta. Kalau perahu dari polyurethane bisa Rp 25 juta tapi daya tahannya lebih lama. Bisa 10 kali lipat,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement