Kamis 01 Dec 2022 12:32 WIB

Korban Gempa Masih Melawan Trauma untuk Kembali ke Rumah

Memori suara tangisan anak buat warga korban gempa sulit kembali ke rumahnya lagi.

Pengungsi menyaksikan pertandingan piala dunia di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). Beberapa pengungsi korban gempa Cianjur mengisi waktu malam hari di tenda pengungsian dengan menggelar tahlil dan menyaksikan pertandingan piala dunia. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengungsi menyaksikan pertandingan piala dunia di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). Beberapa pengungsi korban gempa Cianjur mengisi waktu malam hari di tenda pengungsian dengan menggelar tahlil dan menyaksikan pertandingan piala dunia. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Beberapa korban gempa yang mengungsi di Posko Bencana Limbangan Sari, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, masih bertahan di pengungsian. Trauma membuat mereka sulit kembali pulang ke rumah.

"Kalau ditanyakan ingin balik ke rumah, jawabannya pasti mau. Karena siapa sih yang mau terus mengungsi di tenda pengungsian dengan kondisi seperti ini. Pingin balik lagi ke rumah, tapi masih trauma," kata Siti Fatimah, korban gempa yang mengungsi di Posko Bencana Limbangan Sari, Kamis (1/12/2022).

Baca Juga

Warga Kampung Berenuk di Desa Limbangan Sari itu mengungsi di posko sejak 22 November 2022, sehari setelah gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Cianjur. Gempa bumi telah membuat Siti kehilangan dua anak yang masing-masing berusia enam tahun dan tiga bulan, seorang keponakan, dan seorang kakak kandung. Rumah Siti juga rusak berat akibat gempa.

"Anak saya dua-duanya meninggal, keponakan saya juga. Ada rasa penyesalan yang teramat besar karena saya tidak bisa menolong buah hati saya dan keponakan saya," kata Siti.

"Sampai sekarang saya masih ingat suara tangisan anak saya yang minta tolong, tapi saya nggak bisa nolong," kata Siti. Saat gempa terjadi sedang berada di rumah kakaknya di Kampung Tegallega di Kecamatan Warungkondang.

Meski masih berjuang menghadapi trauma, Siti punya tekad untuk kembali ke rumah dan menata kembali hidupnya.

"Meskipun saya trauma, rumah saya rusak berat, saya masih tetap pingin balik lagi ke rumah... Membangun kembali rumah saya yang rusak daripada harus pindah ke (daerah) relokasi. Itu soalnya tempatnya jauh dari saudara saya di sini," kata dia.

Sebagaimana Siti, Dewinta (32 tahun) masih berusaha mengatasi trauma untuk kembali ke rumahnya pascagempa bumi. "Tentunya pingin balik lagi ke rumah atuh, bagaimana pun juga itu rumah kita, banyak kenangannya. Tapi ya itu tadi, selain rumah saya yang lumayan rusak berat, saya juga masih trauma," kata Dewinta.

"Anak bungsu saya itu, kalau saya bawa lihat kondisi rumah, dia nggak mau lihat saking traumanya," ia menambahkan.

Menurut Koordinator Posko Bencana Limbangan Sari Ari Setiawan, masih ada sekitar 460 warga Kampung Berenuk yang mengungsi di posko. Di Posko Bencana Limbangan Sari, yang disediakan oleh Sinergi BUMN, ada 21 tenda ukuran 4 x 6 meter dan tiga tenda pleton yang didirikan untuk menampung korban gempa bumi.

Baca juga : Kepala BNPB Tinjau Tempat Relokasi Warga Terdampak Gempa Cianjur

"Kami mendirikan tenda pengungsian di sini sejak Selasa (22/11/2022) atau sehari pasca gempa," kata dia. Ari mengatakan bahwa kebanyakan pengungsi yang menempati Posko Bencana Limbangan Sari adalah warga Kampung Berenuk yang rumahnya rusak sedang hingga berat.

Bupati Cianjur Herman Suherman serta pejabat Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau warga yang rumahnya masih aman dihuni untuk pulang. "Warga yang tinggal di pengungsian sudah dapat pulang ke rumah dengan catatan rumahnya masih aman untuk dihuni, namun mereka diimbau tetap waspada," kata Herman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement