Kamis 01 Dec 2022 09:19 WIB

Pengamat: Pemilih Bingung Khofifah Maju Pilgub Atau Pilpres

Elektabilitas Khofifah masih berada di peringkat pertama.

Rep: Dadang K/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Dokumen
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Pengamat politik dari Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaki Siraijt mengungkapkan, pemilih di Jawa Timur gamang terkait keputusan Khofifah Indar Parawansa apakah bakal kembali maju kontestasi Pilgub Jatim atau Pilpres 2024. Meski demikian, lanjut Baihaki, berdasarkan survei yang dilakukan, elektabilitas Khofifah pada bursa Cagub Jatim 2024 masih tertinggi, yakni di angka 37,5 persen.

"Elektabilitas Khofifah masih tertinggi. Angkanya tidak jauh-jauh juga (dari survei sebelumnya) karena saat ini publik juga bingung, mau ke mana Khofifah setelah ini? Ke Pilpres atau Pilgub Jatim?" kata Baihaki, Kamis (1/12/2022).

 

Baihaki melanjutkan, yang menarik justru mulai naiknya elektabilitas para pimpinan partai politik di Jawa Timur. Di posisi kedua ada Ketua Demokrat Jatim yang juga menjabat Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak dengan elektabilitas 12,2 persen. Kemudian di posisi ketiga ada Ketua Gerindra Jatim Anwar Sadad dengan elektabilitas 6,9 persen.

 

Baihaki melanjutkan, elektabilitas pimpinan Parpol Jatim tersebut memang masih jauh jika dibandingkan elektabilitas Khofifah. Namun, kata dia, cerita akan berbeda ketika Khofifah memutuskan maju berkontestasi ke level nasional. Baik itu sebagai Capres maupun Cawapres pada Pilpres 2024.

 

"Menarik mulai naik angka-angka elektabilitas ketua Parpol di Jatim. Tentu para ketua Parpol ini punya peluang besar di Pilgub Jatim nanti kalau Khofifah berangkat ke level nasional," ujarnya.

 

Nama-nama ketua Parpol di Jatim yang juga masuk bursa Cagub Jatim yakni Ketua DPD Golkar Jatim M Sarmuji, Ketua PKB Jatim Abdul Halim Iskandar, Ketua PDIP Kusnadi, hingga Ketua PPP Mundjidah Wahab. Namun, nama-nama ini elektabilitasnya masih di bawah 5 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement