Rabu 30 Nov 2022 15:25 WIB

Waspada, Terjadi 211 Kasus Serangan Ular di Kota Bandung

Kasus serangan ular menjadi terbanyak kedua tahun ini setelah sengatan tawon.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ilham Tirta
Warga mengevakuasi ular yang sembunyi di rumah warga (ilustrasi).
Foto: dok. Istimewa
Warga mengevakuasi ular yang sembunyi di rumah warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Bidang Kesiapsiagaan Operasi Pemadaman dan Penyelamatan Diskar PB Kota Bandung, M Yusuf Hidayat mengungkap tingginya laporan serangan ular selama satu tahun terakhir. Kasus penemuan dan serangan ular termasuk laporan tertinggi setelah serangan tawon.

 

Baca Juga

“Ular termasuk banyak, sejauh tahun ini hingga November, 211 laporan, sarang tawon 353 kasus,” kata Yusuf saat ditemui di Balai Kota Bandung, Rabu (30/11/2022).

 

Yusuf menekankan, sejauh ini belum ada laporan kematian akibat serangan ular. Saat ditanya terkait penyebab masuknya hewat melata itu dalam rumah atau area pemukiman warga, dia memprediksi karena rusaknya habitat asli, atau adanya sarang ular yang tak jauh dari rumah atau pemukiman warga. “Makanya jangan sampai mengganggu habitat mereka,” ingatnya.

 

Dia juga meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan, khususnya di musim penghujan ini. Menurutnya, banyak ular yang masuk karena terbawa arus air dan masuk melalui saluran pembuangan rumah. Berdasarkan data, kebanyakan ular yang ditemukan adalah jenis Sanca Kembang, Cobra, Welang (Belang), dan sejumlah jenis lain.

 

Dia juga mengimbau warga agar senantiasa menjaga kebersihan rumah dan menutup saluran atau lubang yang berpotensi menjadi jalur masuk hewan melata. "Di musim penghujan ini, lubang-lubang kecil perlu diperhatikan demi mengantisipasi masuknya ular atau hewan sejenis ke dalam rumah," kata dia.

 

“Lakukan juga pemangkasan rutin agar tidak menjadi akses masuk ular untuk masuk ke rumah melalui ventilasi atau atap,” kata dia.

 

Baru-baru ini, warga Kota Bandung dikagetkan dengan kemunculan kawanan monyet yang muncul di area pemukiman warga, tepatnya di kawasan Antapani, Cipadu, dan Kiaracondong. Yusuf mengaku cukup kesulitan mengevakuasi kawanan monyet tersebut.

 

“Ditemukan bahwa pergerakan hewan-hewan ini sifatnya dinamis, sehingga kami cukup kesulitan untuk evakuasi,” kata Yusuf.

 

Selama proses pengejaran, Yusuf menghimbau agar warga tidak melakukan tindakan yang berpotensi menganggu atau menakuti kawanan hewan liar tersebut. Karena selain dapat mengancam keselamatan juga dapat memunculkan resiko lain.

 

Berdasarkan asumsi sejauh ini, kawanan primata tersebut diperkirakan turun dari Gunung Manglayang atau sengaja dilepaskan oleh pemiliknya. “Sejauh ini ada empat ekor yang terdeteksi, makanya kita terus lakukan kordinasi dengan Balai Pusat Konservasi Sumber Daya Alam (BPKSDA),” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement