Sabtu 26 Nov 2022 05:40 WIB

Perang Rusia-Ukraina, Bambang: Pemerintah Kendalikan Inflasi Pangan

Negara maju yang alami musim dingin bersikap pragmatis akibat perang Rusia-Ukraina.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Eks Menkeu sekaligus Menristek/Kepala BRIN, Prof Bambang Brodjonegoro.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Eks Menkeu sekaligus Menristek/Kepala BRIN, Prof Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menkeu sekaligus Menristek/Kepala BRIN, Prof Bambang Brodjonegoro menyarankan agar pemerintah Indonesia mengendalikan angka inflasi pangan, bukan sekadar menjaga harga. Menurut dia, pemerintah juga harus memastikan distribusi merata ke masyarakat terlaksana baik ketika menyikapi ancaman resesi global 2023.

"Negara-negara maju, khususnya yang mengalami musim dingin, akan bersikap pragmatis akibat perang Rusia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara-negara lain membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batubara. Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia," ujar Bambang di webinar bertema 'Antisipasi Resesi Global 2023: Kasus Indonesia' lewat kanal YouTube Moya Institute, Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Negara-negara maju, tutur Bambang, khususnya yang mengalami musim dingin akan bersikap pragmatis akibat perang Rusia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara lain tetap membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batubara. "Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia," ujar Bambang.

Ekonom senior UGM Sri Adiningsih menyampaikan, dunia saat ini memang sedang mengalami banyak perubahan sebagai akibat dampak pandemi Covid-19, termasuk pemulihan ekonomi masing-masing negara di dunia. Meski begitu, sambung dia, Indonesia masih beruntung sebab ekonominya relatif tetap baik di tengah pandemi.

 

"Indonesia masih memiliki daya tahan yang terjaga. Ada beberapa kekuatan ekonomi Indonesia tetap bertahan dan diperkirakan tidak terseret ancaman resesi global tahun depan," ujar eks Ketua Wantimpres tersebut.

Sri Adiningsih menjelaskan, faktor penopang ekonomi Indonesia, antara lain terdapat pada berkurangnya restrukturisasi perbankan, neraca perdagangan membaik meski mulai ada tekanan, produksi pertanian tetap menanjak, dan jumlah penduduk yang bisa dikapitalisasi.

Pemerhati isu-isu strategis Prof Imron Cotan optimistis pemerintah Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi yang diperkirakan para pakar akan terjadi pada 2023. Menurut dia, perekonomian Indonesia tidak terlalu terekspos kepada sistem Bretton Woods, di samping memiliki komoditas ekspor unggulan yaitu batu bara, CPO, bauksit, dan nikel.

Komoditas-komoditas strategis itu tetap akan dibutuhkan negara-negara konsumen, terlepas krisis terjadi atau tidak. "Terbukti dengan pertumbuhan positif ekonomi nasional yang menurut Menkeu saat ini mencapai 6,6 persen," ujar Imron.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement