Sabtu 26 Nov 2022 04:15 WIB

Keteladanan Nabi Muhammad SAW Sebagai Pemimpin Militer

Sebagai seorang pemimpin militer, Muhammad SAW adalah sosok pemberani.

Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Kedamaian merupakan prinsip dasar kehidupan dalam Islam. Dalam Islam, perang adalah jalan terakhir yang mendesak ketika tak ada lagi pilihan lain.  Islam, selain berarti damai” juga bermakna pasrah” dan taat” pada perintah Allah SWT pencipta, penguasa, dan pemilik alam semesta.

Dalam Islam, perang hadir untuk memulihkan kondisi agar kembali damai dan tertib sehingga setiap individu dapat menjalankan keyakinannya dengan bebas, tanpa ketakutan dan pemaksaan. Sebagai pemimpin umat Islam, Muhammad SAW terpaksa berperang untuk melindungi umatnya dari para pengacau dan penentang yang menghalangi dirinya dan para sahabatnya untuk menaati hukum Allah SWT.

Baca Juga

Namun, segera setelah kondisi damai tercapai, semua pertempuran harus dihentikan. Sebab, kedamaian adalah kaidah dasar kehidupan dalam Islam. Afzalur Rahman dalam Ensiklopedi Muhammad Sebagai Pemimpin Militer memaparkan, ketika semua jalur damai sudah tak mungkin dicapai  dan musuh-musuhnya mulai melakukan operasi militer, Nabi SAW segera menyusun strategi perang.

Rasulullah SAW memobilisasi seluruh sumber daya, baik kekuatan pasukan, kematangan strategi perang, maupun dukungan logistik untuk menggagalkan serangan pasukan musuh. Aksi tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan strategi agar jumlah korban yang jatuh di kedua belah pihak dapat ditekan seminimal mungkin.

Dalam banyak peperangan, Nabi SAW merumuskan strategi militer dengan sangat baik berdasarkan kemampuannya membaca kondisi geografis serta menghitung kekuatan, mobilitas, semangat juang, dan titik lemah strategi musuh. Strategi perangnya diputuskan setelah beliau membuat penilaian (assessment) terhadap seluruh faktor yang menentukan kesuksesan operasi militer,” papar Afzalur.

Rasulullah SAW juga sangat memperhatikan pentingnya efek psikologis serangan kejutan. Demikian pula dengan kerahasiaan gerakan, kecepatan, dan mobilitas kekuatan dalam pertempuran.

Dalam mengorganisasi perolehan informasi tentang pergerakan dan rencana musuh, beliau mengirim patroli pengintai dan patroli tempur khusus ke sekeliling area pertempuran dan wilayah-wilayah strategis lainnya. Pasukan intelijen pun dibentuk untuk mendapatkan informasi tentang rencana rahasia yang akan dilancarkan musuh.

Nabi SAW juga membentuk pasukan khusus yang menjalankan tugas-tugas rahasia, juga unit khusus untuk mengantisipasi berbagai rumor dan penyebaran informasi serta untuk melakukan gerakan demoralisasi kekuatan musuh,” ungkap Afzalur.

Semua unit itu bekerja keras, penuh disiplin, dan memiliki semangat berkorban yang tinggi demi Islam. Dengan strategi ini, Nabi SAW mampu menghemat biaya operasi militer sekaligus meminimalisasi jumlah korban yang jatuh di kedua belah pihak.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement