Kamis 24 Nov 2022 19:08 WIB

Kemenkes Masih Teliti 100 Obat Lagi Terkait Gagal Ginjal Akut

Saat ini tersisa 11 kasus gagal ginjal akut di 3 provinsi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah obat sirop yang tidak dijual akibat larangan dari Kementerian Kesehatan di RSIA Bunda Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah obat sirop yang tidak dijual akibat larangan dari Kementerian Kesehatan di RSIA Bunda Jakarta, Kamis (20/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bucara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, mengatakan, kasus gagal ginjal akut yang menyasar 324 anak, hingga saat ini penelitiannya masih terus berlangsung. Karena untuk sampai pada kesimpulan final, membutuhkan waktu yang panjang.

Saat ini dipastikan penyebab utamanya adalah intoksikasi kendati secara medis, gagal ginjal dapat juga disebabkan oleh faktor lain. "Apakah saat ini Kemenkes melakukan penelitian, iya. Namanya case control study. Jadi ada 90 kasus normal yang diteliti, sementara kasus yang sakit 30. Nah, ini sudah 50 persen terkumpul. Untuk saat ini masih dilakukan penelitian sekitar 100-an obat. Tentu saja secara ilmiah nanti, kita ingin mendapatkan hasil atau kesimpulan yaitu ada kaitannya antara gagal ginjal dengan intosikasi etilen glikol dan dietilen glikol," terangnya, Kamis (24/11/2022).

Baca Juga

Syahril juga mengungkapkan, bagi pasien yang sudah dinyatakan sembuh, secara teori akan sembuh total dan tidak akan berpotensi mengalami gejala atau keluhan kesehatan di waktu yang akan datang. "Kenapa sebagian anak kok tidak kena walaupun pernah minum obat yang sama. Memang satu faktornya adalah kadar yang diminum dan juga lama periode mengonsumsi obat tersebut. Untuk anak yang sudah sembuh masih dalam pemantauan kami (Dinkes). Kalau menurut teori, bahwa keracunan ini jika sudah diatasi, maka pasien dapat sembuh total. Tidak ada gejala-gejala sisa," ucapnya.

Menurutnya, kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan, kasus yang dikenal denganistilah Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) ini tidak menunjukan adanya penambahan selama dua pekan terkahir.

"Kami informasikan bahwasanya kita sangat bersyukur karena sejak dua minggu lalu sampai sekarang, tidak ada lagi penambahan kasus," kata Syahril.

Dalam kesempatan tersebut, Syahril menyebutkan, Kemenkes mencatat terdapat total 324 kasus GGAPA pada anak dengan rincian sebanyak 313 pasien dinyatakan sembuh. Namun kasus GGAPA yang menyebar hingga ke-27 provinsi di Indonesia ini menyisakan 11 kasus yang terdapat di 3 provinsi.

Adapun ketiga provinsi tersebut yakni DKI Jakarta dengan total 9 kasus yang dirawat di RSUPN Cipto Mangungkusumo, Kepulauan Riau 1 kasus, Sumatra Utara 1 kasus. “Hingga saat ini kasus gangguan ginjal akut pada anak yang masih dirawat tersisa 11 orang. Ini merupakan upaya bersama di mana angka penambahan tidak ada dan angka kematian juga tidak ada lagi. Yang ada adalah angka kesembuhan,” kata Syahril.

Syahril berharap, pasien GGAPA pada anak yang masih dirawat di RSCM dapat sembuh kembali setelah pemberian obat antidotum atau penawar fomepizole. Meski anak telah dinyatakan sembuh, Syahril menegaskan, Kemenkes melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) masih melakukan pemantauan untuk mengetahui perkembangan selanjutnya.

Menurutnya, pemerintah mempunyai kewajiban untuk melakukan pemantauan. "Kami terus kontrol untuk melihat perkembangannya, mungkin ada suatu efek-efek atau masalah-masalah kesehatan selanjutnya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement