Rabu 23 Nov 2022 06:36 WIB

Putin Resmikan Patung Tokoh Revolusioner Kuba Fidel Castro di Moskow

Putin sebut Fidel Castro salah satu pemimpin paling cemerlang dan karismatik

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Fidel Castro
Foto: EPA
Fidel Castro

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan patung tokoh revolusioner Kuba, Fidel Castro, yang didirikan di Alun-alun Fidel Castro di Distrik Sokol, Moskow, Selasa (22/11/2022). Acara itu turut dihadiri Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel.

Dalam acara peresmian, Putin menyanjung sosok Fidel Castro. Dia mengungkapkan, Castro telah dianggap sebagai salah satu pemimpin paling cemerlang dan karismatik abad ke-20. “Fidel Castro mendedikasikan seluruh hidupnya untuk perjuangan tanpa syarat demi kemenangan ide-ide kebaikan, perdamaian, dan keadilan,” ujar Putin.

Putin pun memuji patung Castro karya seniman Rusia Alexei Chebanenko tersebut. Terbuat dari perunggu dan memiliki tinggi tiga meter, Sosok Castro diabadikan dengan pose tangan memegang pinggul dan wajahnya seperti tengah menatap ke kejauhan. Castro mengenakan seragam ikoniknya, yakni jaket, sabuk kartrid, baret, dan sepatu bot. “Ini adalah karya seni yang nyata, dinamis, bergerak, bergerak maju. Ia menciptakan citra seorang pejuang,” ucap Putin.

Miguel Diaz-Canel turut memuji patung Castro yang didirikan di Distrik Sokol. “Saya kira patung itu mencerminkan kepribadian Fidel dalam perjuangan, seperti yang kita temukan dalam perjuangan hari ini,” katanya.

Dalam acara peresmian itu, Putin dan Diaz-Canel meletakkan buket bunga mawar di bawah patung Castro. Putin sempat mengatakan kepada Diaz-Canel bahwa Rusia dan Kuba perlu membangun fondasi persahabatan yang kokoh. Sebab Fidel Castro dengan para pemimpin Uni Soviet dahulu telah menginisiasi jalinan hubungan tersebut.

Dalam kunjungannya ke Moskow, Diaz-Canel sempat berbicara di hadapan parlemen Rusia. Pada kesempatan tersebut, dia menyatakan dukungan atas alasan Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina. “Alasan konflik saat ini di zona ini harus dicari dalam kebijakan agresif Amerika Serikat dan perluasan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menuju perbatasan Rusia,” ujar Diaz-Canel.

Dia pun menekankan bahwa sanksi tidak akan menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement