Rabu 23 Nov 2022 00:53 WIB

Mengenal Ahli Obat-obatan Muslim Ibnu Al-Baytar

Ibnu Al-Baytar merupakan seorang ahli botani yang aktif pada abad ke-13.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ibnu Al-Baytar merupakan seorang ahli botani yang aktif pada abad ke-13. Ia lahir di kota Andalusia Malaga dan belajar botani dari ahli botani Málagan Abū al-'Abbās al-Nabāt, yang dengannya ia mulai mengumpulkan tanaman di dan sekitar Spanyol.

Pada 1219 M, Ibnu Al-Baytar meninggalkan Malaga dan melakukan perjalanan mengelilingi bagian barat dan timur Mediterania, untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang material medis. Setelah 1224 M, ia menjadi salah satu pelayan Sultan Ayyubiyah Al-Kāmil di Kairo dan diangkat sebagai kepala herbalis.

Baca Juga

Pada 1227 M Al-Kāmil memperluas kerajaannya ke Damaskus ditemani Ibnu al-Baytar. Hal ini lantas memberinya kesempatan untuk mengumpulkan tanaman di Suriah.

Dilansir di Muslim Heritage, Selasa (22/11), penelitiannya tentang tanaman pun meluas di wilayah geografis sekitar Mediterania. Al-Baytar pun meninggal di Damaskus pada 1248 M.

Perjalanan yang ia lakukan, mulai dari Spanyol melalui Afrika Utara, Mesir, Turki dan berakhir di Damaskus, memberinya akses ke banyak bahan dan sumber yang berbeda. Dia juga mengandalkan pengetahuan penduduk setempat untuk mengumpulkan informasi dan detail tentang obat-obatan sederhana dan formulasinya.

Adanya kesempatan ini memungkinkan dia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri, sembari menambahkan sumber informasi baru ke budaya medis Arab. Tulisan-tulisan yang ia buat menawarkan contoh sempurna tentang pengetahuan tentang obat-obatan sederhana di wilayah Mediterania pada abad pertengahan.

Di antara karya ilmiahnya, Ibnu al-Baytar melakukan penjelasan di buku Dioscorides (w. 90 M) tentang obat-obatan sederhana. Selain itu, ia menulis dua buku penting, Kitāb al-Jāmiʻ li-mufradāt al-adwīya wa al-aghdhīya yang ia urutkan menurut abjad sesuai dengan nama obat-obatan sederhana, serta Al-Mughnī fī al-Ṭibb, yang disusun sesuai dengan manfaat medis dari obat sederhana dan organ yang sakit.

Kedua buku ini penting bagi mereka yang ingin memahami dan mempelajari budaya obat-obatan sederhana dalam pengobatan abad pertengahan Arab. Menariknya, hingga saat ini buku Al-Jāmiʻ telah diedit, diterbitkan dan juga diterjemahkan ke dalam banyak bahasa lain sepanjang sejarah, sementara Al-Mughnī masih tanpa edisi atau kajian nyata.

Salinan paling lengkap dari Kitāb al-Mughnī fī al-Ṭibb yang diketahui disimpan di Perpustakaan Sejarah Kedokteran Osler, tanda rak Bib.Osl. 7785/39. Salinan ini terdiri dari 369 folio, masing-masing dengan 23 baris per halaman. Di dalamnya mencakup beberapa koreksi marjinal dan keterangan, tetapi sayangnya tidak lengkap pada akhirnya.  

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement