Senin 21 Nov 2022 16:55 WIB

Geowisata dan Rumah Belajar PGE Ulubelu Tingkatkan Perekonomian Petani Kopi Tanggamus

83,33 persen masyarakat Ulubelu berprofesi sebagai petani kopi.

Petani kopi binaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Ulubelu di Kabupaten Tanggamus, Lampung, sedang memanen.
Foto: Dok PGE
Petani kopi binaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Ulubelu di Kabupaten Tanggamus, Lampung, sedang memanen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Ulubelu di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, bagian dari Pertamina New & Renewable Energy, dalam menjalankan bisnisnya selalu mengedepankan aspek sosial dan lingkungan selain kegiatan operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi. Salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat dengan mengoptimalkan potensi tanaman kopi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar area operasi melalui program Rumah Belajar Kopi dan Geowisata-Kopi.

Andi Joko Nugroho, General Manager PGE Area Ulubelu, menyatakan PGE sejatinya tidak hanya fokus dalam meningkatkan perekonomian petani kopi di Ulubelu, tapi juga mengedukasi petani kopi agar peduli lingkungan Petani juga harus sadar dan peduli lingkungan agar kegiatan pertanian mereka bisa terus berlangsung dengan baik.

Baca Juga

“Bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), kami membuat program Rumah Belajar Kopi di Pekon Sukamaju Ulubelu. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas petani kopi sehingga dihasilkan kopi yang berkualitas dan harga jualnya pun naik,” ujar Andi, akhir pekan lalu. 

Menurut Andi, petani kopi harus fokus pada kualitas, bukan hanya kuantitas. Dengan begitu volume penanaman kopi di hutan lindung pun dapat dikurangi.  “Hutan lindung pun kembali pada fungsi semula,"katanya.

 

Dia mengakui, isu lingkungan menjadi  tangtangan dalam budidaya kopi di Ulubelu. Gapoktan dan PGE Area Ulubelu melakukan pembibitan tanaman penaung secara mandiri sebanyak 5.000 batang pohon. Indigofera yang akan ditanam di area perkebunan petani kopi berfungsi sebagai tumbuhan penanung.  "Melalui pohon penaung ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil panen, menjaga kesuburan tanah, dan kelestarian hutan," jelas dia.

Berdasarkan data Social Mapping 2019 oleh Universitas Gadjah Mada, sebanyak 83,33 persen masyarakat Ulubelu berprofesi sebagai petani kopi. Dari data tersebut, diketahui tidak sedikit petani kopi yang melakukan penanaman kopi di hutan lindung.  Kendati telah dilengkapi dengan Surat Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (SIUPHKm), penanaman kopi di hutan lindung akan mengurangi fungsi pokok dari hutan lindung yaitu sebagai  penyangga kehidupan seperti mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. 

PGE Area Ulubelu tidak tinggal diam atas kondisi itu. Bersama kelompok mitra binaan Kopi Beloe dan KPHL Kota Agung Utara dan dua Gapoktan Ulubelu, disepakati untuk melakukan pertanian kopi yang lingkungan dan berkelanjutan dengan kegiatan penanaman tumbuhan penaung bagi para petani kopi.

Tak hanya itu, PGE Area Ulubelu juga menggandeng Universitas Bakrie (Ubakrie) Jakarta  dalam program Matching Fund Kedaireka Kemendikbudristek dalam pengembangan potensi wisata berbasis geothermal dan perkebunan kopi melalui program Geotourism-Coffee, di Kantor Pusat di Kacamatan Ulu Belu, Tanggamus.

Andi menjelaskan program Geotourism-Coffe ini terdiri atas pelatihan peningkatan kapasitas organisasi desa wisata melalui berbagai pelatihan serta pendampingan, merintis pendirian Lab Geowisata Kopi sebagai pusat informasi dan edukasi mengenai energi geothermal. "Selain itu, kopi robusta Lampung, serta Bimtek dan sertifikasi Pemandu Geowisata," ujar Andi.

Eli Jamilah, Ketua Pelaksana Matching Fund Kedaireka 2022, mengatakan tahun ini UBakrie bersama PGE akan membuat strategi branding destinasi Ulubelu dengan komoditas unggulan kopi dan wisata geothermal. “Kami berharap kegiatan Geowisata-Coffee itu bisa menghasilkan, yaitu pemetaan potensi program dan produk wisata, optimalisasi kapabilitas kelompok desa wisata, dan petani kopi," kata Eli.

Dalam menjalankan bisnisnya PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE. Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar +1,8GW.  Sebanyak 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE, termasuk Ulubelu - Lampung dengan kapasitas terpasang 220 MW, dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama. Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement