Sabtu 19 Nov 2022 14:27 WIB

Masuk 15 Besar, Muhadjir Effendy Serahkan kepada Peserta Muktamar

Muhadjir buka peluang jadi ketua ranting Muhammadiyah ikut jejak Din Syamsuddin.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) sekaligus Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Muhadjir Effendy menanggapi  namanya yang masuk daftar 39 calon anggota PP Muhammadiyah periode 2022-2027. Dia memperoleh 141 suara dan menduduki urutan ke-15.

Muhadjir mengaku, menyerahkan semuanya kepada para peserta Muktamar ke-48 Muhammadiyah atas peluang dipilih menjadi ketua PP Muhammadiyah. "Ya kita serahkan semuanya pada para peserta muktamar, kalau terpilih alhamdulillah, masya Allah, tapi kalau tidak terpilih juga alhamdulillah," kata Muhadjir di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah Sabtu (19/11/2022).

Muhadjir menjelaskan, jika memang namanya tidak masuk daftar 13 besar maka ia masih bisa berkiprah di Muhammadiyah sebagai ketua tingkat kecamatan. "Dan Muhammadiyah itu bisa berperan di mana saja, seperti Pak Din (Syamsuddin), ketua umum PP dulu sekarang jadi ketua ranting, ya saya begitu mungkin ke depan bisa jadi ketua ranting," kata eks rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.

Ketika disingung figur ketua umum PP Muhammadiyah mendatang, Muhadjir memberi dukungan kepada Haedar Nashir untuk bisa memimpin dua periode. "Kita harap begitu, kita melihat duet antara Kiaai Haedar Nashir dengan Prof Abdul Mu'ti ini sudah terbukti selama satu periode, bukan hanya sekedar bisa mempertahan Muhammadiyah dalam suasana Covid,-19 tapi juga berkembang sangat pesat khususnya dalam rangka internasionalisasi Muhammadiyah," terangnya.

Muhadjir menjelaskan bahwa selama kepemimpinan Haedar, ada perguruan tinggi yang bisa didirikan di luar negeri. Selain itu, ada beberapa sektor lain yang berkembang secara pesat, seperti sektor pendidikan dan amal jariyah. "Ada perguruan tinggi, kemudian sekolah bisa didirikan dan amal jariyah mengalami perkembangan yang pesat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement