Jumat 18 Nov 2022 21:45 WIB

Xi dan Marcos Janji Perluas Hubungan Bilateral

China dan Filipina sepakat untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Para pemimpin China dan Filipina sepakat untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara dalam pertemuan mereka di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia - Pasifik (APEC) di Bangkok, Thailand
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Para pemimpin China dan Filipina sepakat untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara dalam pertemuan mereka di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia - Pasifik (APEC) di Bangkok, Thailand

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Para pemimpin China dan Filipina sepakat untuk memperluas hubungan bilateral kedua negara dalam pertemuan mereka di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia - Pasifik (APEC) di Bangkok, Thailand pada Kamis (17/11/2022) sore. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr juga menjanjikan kunjungan kenegaraannya ke China dalam kesempatan pertemuan tersebut.

"Kedua pemimpin membahas penguatan dan perluasan hubungan Filipina-China, khususnya di bidang pertanian, energi, infrastruktur, dan hubungan antar-warga," kata pernyataan kepresidenan Filipina seusai pertemuan tersebut, dikutip laman South China Morning Post, Jumat (18/11/2022).

Sementara itu Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa Marcos berjanji negaranya tidak akan memilih pihak dalam diplomasi dan bersama-sama akan melawan unilateralisme dan tindakan intimidasi.

Sejak Marcos menjabat pada Juni, Xi telah berulang kali menyatakan kesediaan untuk memperkuat hubungan. Xi juga berharap Filipina untuk mempertahankan kebijakan luar negeri yang independen, yang menurutnya berarti mengurangi pengaruh Amerika Serikat (AS).

Manila pun dengan hati-hati menyeimbangkan hubungannya dengan China sambil mempertahankan hubungan dekat dengan AS. Awal pekan ini, diumumkan bahwa AS akan menghabiskan 66,5 juta dolar AS untuk mulai membangun fasilitas pelatihan dan gudang di tiga pangkalan militernya di Filipina berdasarkan kesepakatan keamanan bersama 2014.

Pada pertemuan Kamis, Xi menjanjikan proyek infrastruktur besar melalui inisiatif Belt and Road ke negara Asia Tenggara itu dan menawarkan kerja sama di bidang pertanian, energi bersih, pendidikan, kesehatan masyarakat, dan bidang lainnya. Xi juga mengatakan China akan meningkatkan impor produk pertanian Filipina.

Sebelum dengan Marcos, pada masa pemerintahan Rodrigo Duterte, Xi menjanjikan pinjaman dan investasi gabungan senilai 24 miliar dolar AS pada 2016. Beijing telah memulai kembali pembicaraan dengan Filipina mengenai pendanaan proyek infrastruktur senilai miliaran dolar AS setelah Marcos meminta Beijing keluar karena gagal memenuhi janji lama mereka.

Mengenai klaim tumpang tindih di LCS, Xi mengatakan kepada Marcos pada pertemuan Kamis bahwa China dan Filipina harus menyelesaikan sengketa maritim mereka melalui konsultasi. "Selama hubungan maritim tetap stabil, situasi umum hubungan China-Filipina akan stabil dan hubungan persahabatan dan kerja sama akan dibawa ke tingkat yang baru,” kata Xi.

Filipina dan China telah lama bersaing dalam klaim kedaulatan karena Beijing mengeklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang tumpang tindih dengan Laut Filipina Barat. Filipina mencetak kemenangan melawan China dalam arbitrase 2016 yang menyatakan klaim Beijing atas hampir seluruh Laut China Selatan ilegal. Filipina juga telah lama menuduh kapal-kapal China melecehkan dan mengganggu kegiatan penangkapan ikan di perairan yang disengketakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement