Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

Refleksi Moda Pembelajaran Berdiferensiasi

Guru Menulis | Wednesday, 16 Nov 2022, 22:48 WIB

Learning Management System (LMS) merupakan moda pembelajaran yang dilakukan secara daring dan sangat popular pada masa pandemic covid-19, dimana kita dibatasi dalam melakukan interaksi sosial. Moda pembelajaran daring akhirnya menjadi tren kalaupun pandemic sudah berlalu, sebagai jawaban terhadap keterbatasan jarak dan anggaran. Semenjak masuk di Calon Guru Penggerak LMS selalu menghiasi keseharian saya baik siang maupun malam, menyelami modul, mendeskrpsi, menganlisa dan menjawab berbagai pertanyaan yang muncul. Materi-materi yang ada mengingat kembali terhadap peran pendidik di satuan pendidikan.

Salah satu materi yang diterima yaitu proses pembelajaran berdiferensiasi di sekolah sebagai jawaban terhadap permasalahan keberagamaan kemampuan peserta didik. Selama ini dalam memberikan pelayanan terhadap peserta didik kita mencoba menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan di lapangan, terutama pemakian media dan model pembelajaran, menyisipkan teknologi dan kearifan local di dalamnya. Proses pembelajaran masih masih belum mampu memfasilitasi kebutuhan peserta didik, karena masih saja ada yang mengantuk, ngobrol dan kurang focus.

Dalam proses pembelajaran setiap anak memiliki keunikan dan potensi masing-masing, keragaman inilah yang menjadi pekerjaan rumah pendidik untuk mampu memfasilitasi kemampuan mereka, menjadi fasilitator menuju kodrat yang digariskan Tuhan. Moda pembelajaran berdiferensiasi berusaha mengkondisikan terpenuhinya kebutuhan belajar peserta didik, agar mampu menangkap, memproses dan mengembangkan informasi menjadi prodak yang sesuai dengan kamampuannya. Pembelajaran berdiferensiasi perlu dipersiapkan dengan matang dengan mempertimbangkan kesiapan, minat dan profil belajar peserta didik.

1. Kesiapan Belajar Murid

Kesiapan belajar bukan berarti mengkota-kotakkan kemampuan intelektualitas peserta didik berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, akan tetapi lebih kepada mengukur kemampuan awal yang mereka miliki untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. Tugas-tugas yang diberikan akan mengusik zona nyaman peserta didik dengan kondisi lingkungan belajar yang memadai. Tomlinson (2001) merancang pembelajaran seperti menekan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD untuk mendapatkan kombinas terindah dari suara yang dihasilkan, terdapat enam equalizer yang diperkenalkan antara lain bersifat mendasar-bersifat transpormatif, konkrit-abstrak, sederhana-kompplek, terstruktur-terbuka, tergantung-mandiri, dan lambat-cepat.

2. Minat Belajar Murid

Minat merupakan keadaan mental yang menghasilkan respon terhadap objek tertentu untuk menghasilkan kepuasaan diri (Tomlinson 2001). Minat dapat dilihat dari dua perspektif yaitu minat situasional dan minat kecendrungan. Minat yang pertama berasal dari luar sebagai rekayasa yang dikondisikan oleh pendidik, sementara minat kedua berasal dari dalam diri peserta didik. Strategi untuk menciptakan minat dengan merekayasa situasi pembelajaran, menciptakan kontek pembelajaran, mengupas manfaat dan menciptakan kesempatan belajar. Seorang peserta didik yang memiliki minat terhadap seni, akan memiliki larut dalam proses pembelajaran apabila diberikan lukisan atau potografi.

3. Profil Belajar Murid

"peserta didik yang hanya membutuhkan makanan buat sarapan pagi cukup dengan roti atau nasi uduk saja, bukan nasi padang” ini sebuah analogi untuk menggambarkan minat belajar peserta didik. Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan proses pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan waktu dan energi lebih karena harus dipersiapkan berbagai perangkat dan data pendukung. Tolak ukur sederhana keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi bisa terlihat dari kemampuan guru untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan pemahaman peserta didik sebelumnya (kesiapan belajar). Pemberian tugas, mampu mengoreksi zona nyaman peserta didik, merangsang keingintahuan terhadap sesuatu yang baru dan menantang (minat). Proses pembelajaran berdiferensiasi mengkondisikan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan, sesuai dengan gaya belajar peserta didik (profil). Pembelajaran berdiferensiasi sesuai di abad ke kekinian, dimana keberlangsungan pendidikan akan semakin humanis dan kritis sesuai dengan kodrat alam dan jaman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image