Selasa 15 Nov 2022 21:31 WIB

Dari Penemuan Kertas, Bait al-Hikmah Jadi Perpustakaan Terbesar di Dunia Islam

Perpustakaan terbesar dunia Islam adalah Bait al-Hikmah di Baghdad.

Baitul Hikmah di Badhad.
Foto: Muslim heritage
Baitul Hikmah di Badhad.

IHRAM.CO.ID, Geografer Ibn Hawqal penulis kitab al-Masalik wal-Mamalik menceritakan bahwa di antara para tahanan Cina yang ditangkap oleh Ziyad ibn Salih terdapat para perajin kertas. Mereka akhirnya dibawa ke Samarkand untuk memproduksi kertas dalam skala besar, bahkan menjadi komoditas ekspor yang penting bagi Samarkand karena tingginya permintaan kertas saat itu. Kertas kian terkenal dan digunakan para pedagang Kairo, Mesir, pada abad ke-11 untuk mencatat transaksi.

Para pembuat kertas dari Cina di Samarkand membuat kertas lebih baik daripada papirus atau perkamen. Kertas buatan mereka lebih mudah digunakan dan nyaman untuk menulis. Pada 794, berdiri sebuah pabrik kertas di Baghdad, dan pabrik-pabrik serupa di setiap negara Muslim. Orang tidak lagi menggunakan papirus.

Munculnya kertas membuat buku dan perpustakaan muncul di seluruh dunia Islam. Sekolah dan toko buku mulai berkembang sehingga menyebabkan tingkat minat baca dan tulis semakin meningkat. Dalam Perpustakaan Chester Beatty di Dublin, Irlandia, misalnya, terdapat naskah pada abad ke-13 yang ditulis oleh pe rajin Muslim dari Mogul, India.

Sampai pertengahan abad ke-12, Eropa belum memiliki pabrik kertas. Ketika perpustakaan di Eropa Barat memiliki koleksi berjumlah ratusan buku, perpustakaan di wilayah Muslim mengoleksi puluhan bahkan ratusan ribu buku.

Perpustakaan terbesar dunia Islam adalah Bait al-Hikmah di Baghdad. Bait al-Hikmah didirikan pada 830 Masehi oleh khalifah Dinasti Abbasiyah, al-Makmun.

Sejarawan Amerika keturunan Arab, Philip K Hitti, mengatakan, Bait al-Hikmah sebagai kombinasi antara perpustakaan, akademi, dan biro penerjemah yang menjadi lembaga pendidikan paling penting setelah perpustakaan Alexandria yang berdiri 1.100 tahun sebelumnya. Perpustakaan ini menjadi tempat menimba ilmu bagi siapa saja, termasuk komunitas Kristen Eropa selama Abad Pertengahan.

Di Spanyol, perpustakaan paling terkenal pada masa kejayaan Islam adalah perpustakaan kebanggaan Khalifah al-Hakam II al-Mustansir (961-976) di Kordoba. Al-Hakam yang juga seorang cendekiawan membeli buku ke Alexandria, Damaskus, dan Baghdad, serta mempekerjakan dalam jumlah besar ahli-ahli kaligrafi dan penjilid buku. Perpustakaan miliknya memiliki koleksi lebih dari 400 ribu buku dengan 44 volume katalog.

Perpustakaan itu memiliki koleksi buku lebih besar jika dibandingkan dengan perpustakaan Kesultanan Fatimiyah di Kairo yang didirikan oleh Khalifah al-Aziz (975-996). Perpustakaan Fatimiyah hanya memiliki koleksi buku sebanyak 200 ribu volume.

Di Kordoba terdapat salinan manuskrip yang ditulis oleh al-Tabari tentang sejarah para nabi dan khalifah, serta beberapa koleksi buku perpustakaan Bait al-Hikmah. Kordoba dikenal sebagai kota yang turut menyebarkan ilmu melalui perpustakaan.

Di belahan bumi Islam lainnya di Timur juga terdapat perpustakaan yang besar. Sejarawan al-Maqdisi mengatakan, perpustakaan didirikan di Shiraz oleh penguasa Buyid Adud al-Dawlah (976-983), di mana bukubuku tersimpan secara rapi dan teratur di rak buku besar. ‘’Tidak ada satu pun buku di setiap cabang ilmu pengetahuan yang ditulis sampai saat ini, kecuali salinannya terdapat di perpustakaan itu,’’ ujar al-Maqdisi.

Perpustakaan penting juga muncul di Basra, Mosul, dan Rayy. Perpustakaan yang paling berpengaruh di wilayah dunia Islam bagian timur ada di Bukhara, sekarang masuk wilayah Uzbekistan.

Cendekiawan Ibnu Sina tinggal di Bukhara pada masa pemerintahan dari Samanid Amir Nuh bin Mansur (976-997) menulis bahwa perpustakaan di Bukhara memiliki banyak ruangan. Setiap ruangan merupakan tempat bu ku dengan disiplin ilmu tertentu yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Hingga dua abad kemudian, perpustakaan Merv di Turki dan Khawarizm yang terletak di delta Oxus (selatan Laut Aral) dibakar oleh orang-orang Mongol yang tidak memiliki sedikit pun minat pada buku. Mongol menghancurkan lebih dari beberapa perpustakaan di Samarkand.

Namun, di wilayah Islam lainnya seperti di Mughal (India) dan Istanbul (Turki) perpustakaan tetap berdiri. Di Istana Topkapi, Istannbul, perpustakaan menjadi tempat berkumpulnya naskah-naskah Islam, Turki, Persia, dan Arab. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement