Senin 14 Nov 2022 16:52 WIB

Warga Kini Rasakan Manfaat Pengembangan EBT di Jateng

Pemanfaatan gas rawa sangat solutif dan sangat membantu warga.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Warga Kini Rasakan Manfaat Pengembangan EBT di Jateng (ilustrasi).
Foto: Pertamina
Warga Kini Rasakan Manfaat Pengembangan EBT di Jateng (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Warga sejumlah desa di Jawa Tengah terus mendapatkan manfaat dari program perluasan ekosistem pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.

Selain dapat mengelola dan mengolah secara mandiri, mereka juga bisa merasakan efisiensi dari pemanfaatan EBT dalam memenuhi  kebutuhan energi bagi rumah tangga mereka.

Baca Juga

"Bahkan energi ini juga bisa didapatkan dengan gratis," ungkap Kepala Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Eko Purwanto, Senin (14/11).

Ia mengatakan, manfaat bantuan instalasi pemanfaatan Biogenic Shallow atau has rawa di desanya, kini telah dapat dinikmati oleh 100 kepala keluarga, karena gas rawa yang sumbernya ditemukan di Desa Bantar telah disalurkan ke rumah- rumah mereka.

Bantuan ini disalurkan oleh Pemprov Jawa Tengah melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara bertahap. "Sampai dengan tahun 2021 gas rawa ini telah dimanfaatkan 100 dari 600 KK yang ada di desa kami," jelasnya.

Terkait dengan manfaat yang kini dapat dirasakan oleh warga, diamini oleh Badar (42), salah seorang warga Desa Bantar. Menurutnya, pemanfaatan gas rawa sangat solutif dan sangat membantu warga.

Karena telah mampu menggantikan gal LPG bersubsidi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Yerleboh, di wilayah Desa Bantar gas LPG bersubsidi terkadang masih sulit dibeli oleh warga karena persediaannya yang terbatas.

Dengan memanfaatkan gas rawa, kini kebutuhan energi gas untuk memasak semakin mudah dan murah. Sebab untuk mendapatkan satu tabung LPG bersubsidi (3 kilogram) warga haris membeli Rp 23.000.

Dalam satu bulan kebutuhan setiap KK bisa mencapai dua hingga tiga tabung. Dengan asumsi kebutuhan tiap- tiap KK mencapai tiga tabung, maka warga harus mengeluarkan uang Rp 69.000 per bulan.

Namun dengan memanfaatkan gas rawa maka sumber energi tersebut sekarang dapat digunakan sewaktu- waktu setiap hari, tanpa harus membeli atau mengeluarkan uang untuk membeli gas. "Sehingga warga dapat menghemat uang mereka untuk mencukupi kebituhan lainnya," tehas Badar.

Pengembangan EBT, khususnya gas rawa, juga dilakukan Pemprov Jawa Tengah di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dengan bantuan mesin dan instalasi kini 30 KK warga desa ini telah memanfaatkan gas rawa untuk menggantikan LPG.

Salah seorang warga Desa Krendowabono, Unik (36) mengaku mesin biogenic shallow di desanya sudah berfungsi sekitar satu bulan lalu. Bantuan dari Gubernur Jawa Tengah itu kini bisa dimanfaatkan warga untuk menggantikan gas elpiji secara gratis.

Ia mengatakan, bantuan mesin dan instalasi gas rawa tersebut membuat warga sangat mudah mendapatkan pengganti gas elpiji. Biasanya, dalam satu bulan ia membutuhkan tiga sampai empat tabung gas LPG.

Tak jarang warga juga masih harus menambah kayu bakar jika gas tersebut masih belum mencukupi. "Sekarang lebih murah dan lebih irit Rp 100.000 dan yang jelas semakin praktis," tambahnya.

Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko menambahkan, pengembangan EBT di Jawa Tengah tidak hanya sebatas pada pemanfaatan gas rawa saja, namun juga biogas, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan lainnya.

"Sesuai dengan komitmen  Gubernur Jawa Tengah, kami akan terus mengembangkan pemanfaatan dan perluasan ekosistem EBT ini di Jawa Tengah," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement