Ahad 13 Nov 2022 16:50 WIB

EG dan DEG Bisa Picu Gagal Ginjal Akut, Ini Penjelasannnya

Terdapat angka ambang batas cemaran EG dan DEG dalam obat dan makanan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Kasus gagal ginjal akut (GGA). Ilustrasi.
Foto: Republika
Kasus gagal ginjal akut (GGA). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Junaidi Khotib menjelaskan terkait etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang disebut-sebut sebagai pemicu gagal ginjal akut pada anak. Dijelaskan, etilen glikol dan dietilen glikol merupakan senyawa yang strukturnya sangat sederhana, namun memiliki tingkat toksisitas yang sangat tinggi.

Hal ini sebagaimana diatur dalam EFSA (European Food Safety Agency) maupun FDA (Food and Drug Administration) dan telah dimasukkan dalam daftar toxic substances. "Senyawa ini sebenarnya tidak diperbolehkan, baik dalam obat maupun makanan. Tetapi senyawa ini umumnya masih ada sebagai impurities atau cemaran dari bahan tambahan dalam produksi obat sirup," ujarnya, Ahad (13/11/2022).

Junaidi melanjutkan, terdapat angka ambang batas cemaran atau impurities EG dan DEG dalam obat-obatan maupun makanan. Di Indonesia, impurities EG dan DEG tidak diperbolehkan melebihi 0,1 miligram. BPOM pun telah menetapkan tingkat impurities dalam produk-produk yang tidak boleh beredar di pasaran.

"Jadi kalau industri farmasi menggunakan propilen glikol sebagai bahan tambahan sirup misalnya, otomatis impurities di dalamnya akan ikut. Dalam kasus EG dan DEG ini, ketika memang di sana itu ada kadar yang melebihi, seharusnya produk itu sudah tidak boleh beredar," ujar dia.

Junaidi mengatakan, dalam beberapa kasus, kandungan EG dan DEG sebagai cemaran itu bisa melebihi batas aman karena perubahan source bahan baku hingga stabilitas bahan. Dengan demikian, seharusnya industri farmasi wajib bertanggung jawab dengan menerapkan customer awareness dan farmakovigilans untuk memastikan keamanan produk.

"Jadi, di beberapa kasus, terjadi peningkatan EG di ambang batas aman. Peningkatan ini bisa jadi drastis sekali, coba bayangkan dari 0,1 miligram menjadi 48 miligram, atau 480 persen lebih tinggi. Dalam hal ini, industri farmasi sebenarnya punya tanggung jawab misalnya berupa customer awareness dan melakukan farmakovigilans untuk memastikan bahwa produk mereka aman," kata Junaidi.

Ia juga memaparkan bagaimana metabolisme dan reaksi yang terjadi di dalam tubuh saat menerima EG dan DEG, sehingga dapat memicu gagal ginjal akut bahkan kematian. Sebenarnya, kata dia, EG dan DEG yang masuk dalam tubuh ini tujuannya dibuang. Namun, dalam proses filtrasi di ginjal muncul masalah.

EG dan DEG di ginjal berubah jadi glycolic acid yang sifatnya asam, sehingga menyebabkan penurunan PH darah. "Akibatnya, oksigen dalam darah ikut turun. Makanya, gejala awal orang yang mengalami gagal ginjal akut ini kan mereka sesak napas, kekurangan oksigen," ujarnya.

Masuknya EG dan DEG dalam ginjal, juga menyebabkan permasalahan lain. Jika senyawa itu masuk ke tubulus proksimal, dampak terburuknya adalah kematian sel-sel. Tidak hanya itu, glycolic acid yang dibentuk oleh EG dan DEG akan berubah menjadi asam oksalat di dalam sel ginjal dan akan bereaksi dengan kalsium hingga membentuk kalsium oksalat (batu ginjal).

"Jadi, sudah jelas bahwa EG dan DEG ini dapat menyebabkan gagal ginjal. Mengapa? Karena menyebabkan penurunan oksigen dalam darah, menyebabkan matinya sel-sel dalam ginjal, dan memicu munculnya kalsium oksalat dalam ginjal. Akibatnya, filtrasi di ginjal akan terganggu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement