Sabtu 12 Nov 2022 13:20 WIB

Uji Senjata Korut Picu Pengerahan Militer AS Lebih Besar

Korut dinilai mewakili ancaman, tak hanya bagi AS tapi juga seluruh kawasan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Layar TV menunjukkan file gambar peluncuran rudal Korea Utara selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 2 November 2022. Korea Selatan mengatakan telah mengeluarkan peringatan serangan udara untuk penduduk di sebuah pulau lepas pantai timurnya setelah Korea Utara menembakkan beberapa rudal ke arah laut.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Layar TV menunjukkan file gambar peluncuran rudal Korea Utara selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 2 November 2022. Korea Selatan mengatakan telah mengeluarkan peringatan serangan udara untuk penduduk di sebuah pulau lepas pantai timurnya setelah Korea Utara menembakkan beberapa rudal ke arah laut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden hendak memperingatkan Presiden China Xi Jinping tentang isu Korea Utara (Korut). Menurut Gedung Putih, pengembangan senjata Korut akan mengarah pada peningkatan kehadiran militer AS di kawasan tersebut.

Biden dan Xi akan mengadakan pertemuan tatap muka pertama mereka sebagai pemimpin nasional di sela-sela KTT G20 di Bali. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, Biden akan memberi tahu Xi bahwa Korut mewakili ancaman, tidak hanya bagi AS dan sekutunya Korea Selatan dan Jepang, tetapi juga bagi perdamaian dan stabilitas di seluruh kawasan.

Baca Juga

"Jika Korut terus menempuh jalan ini, itu hanya berarti meningkatkan kehadiran militer dan keamanan Amerika lebih lanjut di kawasan itu,” kata Sullivan pada Sabtu (12/11/2022).

Ia mengatakan, China memiliki kepentingan untuk memainkan peran konstruktif dalam menahan kecenderungan terburuk Korut. "Apakah mereka memilih untuk melakukannya atau tidak, tentu saja terserah mereka," ujar Sullivan mengutip Biden.

Sanksi internasional yang dipimpin AS telah gagal menghentikan program senjata Korut yang terus berkembang. Pyongyang justru memecahkan rekor tahun ini dalam uji senjatanya termasuk rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk mencapai daratan AS.

Sementara China dan Rusia mendukung sanksi PBB yang diperketat setelah uji coba nuklir terakhir Korut pada 2017. Pada Mei, kedua negara tersebut memveto dorongan yang dipimpin AS untuk lebih banyak hukuman PBB atas peluncuran rudal balistik barunya.

Sehari sebelum pertemuannya dengan Xi, Biden akan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol di Kamboja untuk membahas bagaimana mengendalikan program nuklir Korut. Sullivan mengatakan Biden berencana untuk meninjau dengan mereka topik yang direncanakan untuk didiskusikan dengan Xi dan akan menyelidiki kedua pemimpin untuk masalah yang mereka ingin dia angkat.

Hubungan AS dengan China telah merosot ke level terendah dalam beberapa dekade. Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan pertemuan itu bertujuan untuk membatasi memburuknya hubungan, tetapi akan jujur tentang kekhawatiran AS, seperti Taiwan dan hak asasi manusia.

Sullivan juga mengatakan Biden berharap pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Xi akan menghasilkan lebih banyak pertemuan seperti itu. Biden akan mencari klarifikasi posisi, tambahnya.

"saya pikir presiden memandang ini bukan akhir, melainkan awal dari serangkaian keterlibatan yang juga akan mencakup pertemuan pemimpin-ke-pemimpin lebih lanjut," tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement