Rabu 09 Nov 2022 16:33 WIB

'Soekarno, Hatta, dan Yudian Wahyudi': Membaca Relasi Pancasila dan Maqashid Syariah 

Hubungan antara Pancasila dan maqashid syariah dalam Islam cukup kental

Buku Islam dan Pancasila, Perspektif Maqashid Syari’ah Prof KH Yudian Wahyudi, PhD. Hubungan antara Pancasila dan maqashid syariah dalam Islam cukup kental
Foto:

Dalam kaitan ini, menurut Arif, Prof Yudian menggunakan dua pendekatan. Pertama, tauhid integratif. Kedua, maqashid syari’ah. Tauhid integratif adalah gagasan Prof Yudian yang merumuskan konsep tauhid, baik pada ranah keagamaan (ayat Qur’aniyah), ranah kemasyarakatan (ayat kauniyah) dan ranah kemanusiaan (ayat insaniyah). 

Ketiga ranah ini, menurut Prof Yudian, merupakan kesatuan nilai yang harus disatukan setiap Muslim dalam upaya mengesakan Allah SWT. Artinya, menurut Prof Yudian, ayat-ayat Tuhan tidak hanya ada di kitab suci (nash) keagamaan, tetapi juga dalam hukum alam-kemasyarakatan dan hukum kemanusiaan. 

Jika seorang Muslim ingin bertauhid, maka dia harus melaksanakan ketiga hukum Allah SWT di ketiga ranah kehidupan tersebut. 

Konsep tauhid integratif ini selaras dengan Pancasila. Sila Ketuhanan YME mencerminkan ayat Qur’aniyah yang merupakan domain keagamaan. Sila kebangsaan dan kerakyatan mencerminkan ayat kauniyah dalam konteks hukum kemasyarakatan (kenegaraan). 

Sedangkan sila kemanusiaan dan keadilan sosial mencerminkan ayat insaniyah atau kemanusiaan. Ketiga ayat ini menyatu dalam Pancasila. Dua ayat terakhir ditegakkan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan YME. 

Dengan rumusan seperti ini, menurut Arif, Prof Yudian telah menempatkan Pancasila sebagai nilai yang Ilahi pada satu sisi, dan duniawi (wadl’i) pada saat bersamaan. Nilai keilahian diwakili oleh sila Ketuhanan YME. 

Sedangkan nilai duniawi diwakili oleh empat sila lainnya. Dualitas Ilahi dan wadl’i ini merupakan karakter Pancasila yang juga merupakan karakter dari syariah Islam. Artinya, syariah yang merupakan hukum Tuhan juga bersifat duniawi dan manusiawi, karena dia diturunkan untuk manusia dengan berbagai persoalan duniawinya.  

Selain merumuskan Pancasila berdasarkan konsep tauhid integratif, menurut Arif, Prof Yudian juga melakukan kajian terhadap Pancasila berdasarkan maqashid syari’ah. Hal ini yang dia lakukan pada 2003 di Harvard University. 

Pada saat itu, Prof Yudian mendakwahkan Pancasila sebagai kalimat bersama (kalimatun sawa’) antar-agama berdasarkan maqashid syari’ah. Hal ini dia lakukan melalui beberapa langkah. 

Baca juga: Ditanya Kiai Marsudi Soal KM 50, Prof Mahfud: Bukan Pelanggaran HAM Berat, Tapi…

Pertama, menempatkan sila-sila Pancasila selaras dengan lima hal mendasar kehidupan (kulliyat al-khamsah) manusia yang dilindungi syariah Islam. Kulliyat al-khamsah ini merupakan tujuan kodrati (maqashid al-dlaruriyat) dari syariah Islam, yakni perlindungan terhadap agama, nyawa, akal, keturunan dan harta. 

Menurut Prof Yudian, sila-sila Pancasila mencerminkan kelima hal kodrati tersebut. Kedua, menempatkan Pancasila sebagai dimensi ornamental (maqashid al-tahsiniyat) dari pelaksanaan syariah Islam di Indonesia. 

Artinya, meskipun Pancasila bukan agama, tetapi karena berbagai dimensi keilahiaan dan maqashid syari’ah tersebut, maka Pancasila merupakan praktik lokal dari syariah Islam (hlm. 110-116). 

Berdasarkan berbagai pemikiran ini, maka buku karya Syaiful Arif ini berhasil merumuskan hubungan Islam, Pancasila dan maqashid syari’ah melalui pemikiran Kepala BPIP, Prof Yudian Wahyudi. 

Hal ini menegaskan kesinambungan religiusitas Pancasila, sehingga alih-alih Pancasila bersifat sekular. Dia justru merupakan dasar negara dan ideologi bangsa yang bersifat Islami.  

 

Judul buku                  : Islam dan Pancasila, Perspektif Maqashid Syari’ah Prof KH Yudian Wahyudi, PhD

Penerbit                      : Cakrawala,, Yogyakarta

Cetakan pertama        : Juli 2022

Halaman                     : 209+xxxi  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement