Rabu 09 Nov 2022 12:15 WIB

Rumah Muslim Terbesar Amerika, Michigan Sediakan Surat Suara Berbahasa Arab

Michigan merupakan rumah terbesar umat Islam di Amerika Serikat

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DEARBORN–Meskipun hampir setengah dari populasinya berasal dari negara-negara Arab, Kota Dearborn tidak pernah menawarkan akses ke surat suara berbahasa Arab selama beberapa dekade.

Namun akhirnya mereka mengubah aturan yang memungkinkan surat suara berbahasa Arab karena kota ini adalah rumah bagi salah satu komunitas Muslim dan Arab Amerika terbesar dan berkembang pesat di Amerika Serikat.

Baca Juga

“Arab hampir setengah (populasi) dari kota,” kata Osama Siblani tentang kampung halaman angkatnya yang merupakan rumah bagi Museum Nasional Arab Amerika dan kantor Arab American News dilansir dari About Islam, Selasa (8/11/2022).

“Kami adalah yang tertua, publikasi Arab-Amerika terbesar di negara ini,"tambahnya.

Siblani memulai publikasi dwibahasa mingguan pada 1980-an. Baginya dan imigran lainnya, setiap pemilihan membawa tantangan unik bagi komunitas yang berkembang ini, banyak dari mereka adalah imigran baru yang baru belajar bahasa Inggris. 

Sementara itu, dalam pemilihan pendahuluan pada Agustus di Michigan, untuk pertama kalinya, pemilih di Dearborn dapat mengakses surat suara resmi berbahasa Arab untuk memberikan suara mereka. “Alasannya budaya sudah berubah,” kata Siblani.

“Jumlah sebenarnya orang yang berbicara bahasa Arab di rumah telah meningkat secara signifikan selama 10 hingga 15 tahun terakhir,” kata Mustapha Hammoud, yang terpilih menjadi anggota Dewan Kota Dearborn pada 2021.

Selain Dearborn, pemilih dalam pemilihan paruh waktu sekarang juga dapat mengakses surat suara berbahasa Arab di Hamtramck, pinggiran kota Detroit dengan populasi imigran Yaman yang besar. 

“Bagus bagi kami untuk memiliki ini di mana-mana karena dengan begitu kami memiliki kesempatan bagi komunitas kami untuk merasa betah di Amerika di mana-mana,” katanya.

Secara historis, sebelum 9/11, umat Islam cenderung bingung memilih antara Partai Republik atau Demokrat.

Menurut New York Times, pada tahun 2000, beberapa ratus suara memutuskan pemilihan, diperkirakan 60 ribu Muslim di Florida memilih Bush. 

Ini menunjukkan sikap Muslim sebelum 9/11, kadang-kadang, selaras dengan isu-isu dan nilai-nilai yang lebih Konservatif yang diwakili oleh Partai Republik.

Hampir segera setelah 'perang melawan teror', sikap pemilih berubah secara dramatis terhadap kandidat Demokrat di kalangan Muslim.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement