Senin 07 Nov 2022 20:26 WIB

Menperin: Industri Otomotif Menguat, Farmasi dan Furnitur Negatif

BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 tumbuh 5,72 persen secara yoy.

Pabrik perakitan mobil (ilustrasi). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri alat angkutan tumbuh 10,26 persen secara year on year (yoy) pada kuartal III 2022 dikarenakan peningkatan produksi mobil.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pabrik perakitan mobil (ilustrasi). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri alat angkutan tumbuh 10,26 persen secara year on year (yoy) pada kuartal III 2022 dikarenakan peningkatan produksi mobil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan terdapat sejumlah klaster industri yang tumbuh menguat pada kuartal III 2022 seperti otomotif, mesin dan perkapalan. Namun, kata dia, juga ada industri yang tumbuh negatif seperti farmasi hingga furnitur.

"Dari semua sektor yang ada di manufaktur, ada tiga klaster, yang pertama klaster industri yang tumbuh menguat sebagai contoh industri alat angkutan, industri mesin, dan perlengkapan elektronika," kata Menteri Perindustrian dalam konferensi pers Capaian Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Agus Gumiwang menjelaskan alasan melonjaknya pertumbuhan industri alat angkutan, mesin, dan perlengkapan elektronik dikarenakan ada kebijakan pemerintah yang mendorong penyerapan di dalam negeri. "Ketika kita meluncurkan program relaksasi PPNBM berdampak luar biasa terhadap market, terhadap serapan," kata Menperin.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri alat angkutan tumbuh 10,26 persen secara year on year (yoy) dikarenakan peningkatan produksi mobil. Pada klaster kedua, terdapat industri yang mengalami pertumbuhan yang melambat atau tak sesuai harapan. 

"Kita bisa melihat industri-industri seperti makanan minuman, tetap tumbuh tapi belum sesuai harapan kita. Karena ketika Covid-19, sektor makanan minuman tumbuh di atas rata-rata," katanya.

Dia menjelaskan melambatnya pertumbuhan industri makanan minuman dikarenakan tekanan ekonomi global dan melonjaknya harga bahan baku. Menperin juga menjelaskan klaster ketiga yaitu industri yang tumbuh negatif pada kuartal III 2022 yaitu kimia dan farmasi, bahan galian tambang non logam, dan furnitur.

"Salah satu yang cukup terpukul yaitu furnitur. Terjadi pelemahan market, khususnya di Eropa, dan tingginya nilai input atau bahan baku," kata dia.

Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 tumbuh 5,72 persen secara yoy dan tumbuh 1,81 persen secara q to q. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia dikontribusikan oleh sektor industri 17,88 persen, pertambangan 13,47 persen, dan pertanian 12,91 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement