Sabtu 05 Nov 2022 10:58 WIB

Ekonom: Jarang Ada Promo, Era ‘Bakar Duit’ E-Commerce Sudah Berakhir

Berakhirnya era bakar duit tidak membuat e-commerce ditinggalkan.

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja secara daring di e-commerce.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja secara daring di e-commerce.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era ‘bakar uang’ industri platform belanja online atau e-commerce telah habis. Hal ini dilihat dari banyaknya platform e-commerce yang mulai melakukan penyesuaian dalam seluruh rantai pasok bisnisnya, termasuk dalam hal promosi dan pemasaran serta lebih fokus pada keberlanjutan bisnis.

Contohnya, sejak 23 Oktober lalu e-commerce asal Singapura yakni Shopee mulai memberlakukan biaya layanan sebesar Rp 1.000 setiap transaksi yang dilakukan oleh pelanggannya. Selain itu juga para pelanggan Shopee juga sudah dibebankan biaya administrasi transfer sebesar Rp 1.000 setiap kali melakukan top up ke dompet ShopeePay.

Baca Juga

Contoh lainnya yakni Tokopedia yang baru-baru ini juga mengharuskan pembeli untuk memilih hanya satu tipe promo yang paling sesuai dan relevan dengan kebutuhan mereka saat melakukan checkout. E-commerce yang menerapkan adanya biaya tambahan atau penyesuaian dari sisi strategi promosi bukan hanya Shopee dan Tokopedia saja, tetapi platform lain seperti Blibli, hingga Lazada juga menerapkan hal yang kurang lebih serupa.

Menanggapi hal ini, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, penyesuaian strategi bisnis ini merupakan hal yang wajar meskipun kondisi yang penuh ketidakpastian. Menurutnya, era bakar duit tidak mungkin selamanya, pasti ada akhirnya pengusaha akan mulai mengharuskannya adanya profit dan investasi bisa kembali.

"Bukan masalah tepat atau tidak tepat (dilakukan saat ini), investor juga mengalami banyak masalah dan tidak mungkin lagi melakukan bakar duit. Mereka justru mengharapkan investasi mereka segera menghasilkan keuntungan bagi mereka," ujar Piter kepada wartawan, Sabtu (5/11/2022).

Dia meyakini penyesuaian ini tidak akan membuat mereka ditinggalkan pelanggannya sebab berbagai transaksi digital sudah melekat di masyarakat. "Meskipun tidak lagi bakar duit, tetapi berbagai layanan digital tetap memberikan layanan yang terbaik dan memberikan kenyamanan bertransaksi. Masyarakat saya kira tidak akan kembali ke masa sebelum adanya layanan digital. Meskipun tidak ada lagi program-program promo, masyarakat yang sudah terbiasa bertransaksi digital tidak akan kemudian berhenti," ucapnya.

Ke depan industri digital termasuk e-commerce pun dianggap akan tetap berkembang pesat. "Layanan digital adalah keniscayaan masa depan. E-commerce dan bisnis digital akan terus berkembang," ucapnya.

Mantan Menteri Kominfo Rudiantara menambahkan para investor kini telah mengubah haluan fokus bisnis mereka. Tadinya mereka fokus pada daya tarik atau jumlah download, pengguna dan transaksi, kini menjadi EBITDA atau road to profitability atau berorientasi keuntungan.

"Sehingga era bakar uang untuk mengejar traction sudah lewat. Karena diarahkan dari investor untuk merealisasikan keuntungan investasinya,” ucapnya.

Menurutnya hal ini menjadi lumrah dalam upaya meningkatkan efisiensi demi mendorong profitabilitas dan kontinuitas bisnis perusahaan. Adapun platform belanja digital  lainnya memiliki strategi tersendiri terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan bisnisnya.

Pengurangan benefit kepada customer oleh berbagai platform belanja online baik level nasional maupun global merupakan kebijakan perusahaan untuk terus memberikan pengalaman terbaik bagi seluruh pelanggan.  Sebut saja Amazon, Alibaba, Walmart, Grabfood, Gofood, serta Shopee Food, merupakan perusahaan teknologi yang telah menerapkan skema tersebut guna meningkatkan layanan kepada pelanggan, terutama melalui inovasi serta teknologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement