Jumat 04 Nov 2022 19:40 WIB

Kebangkitan dan Mundurnya Dinasti Mughal

Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di India.

Kejayaan Dinasti Mughal
Foto: republika
Kejayaan Dinasti Mughal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin panglima Muhammad bin Qasim. Saat itu, imperium Islam berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada 1020 M.

Setelah Dinasti Gaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India. Sebut saja Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan Dinasti Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lodi. Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah yang saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan.

Baca Juga

Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah kejayaan Dinasti Abbasiyah.

Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu. Orang-orang Hindu yang tak menyukai Kerajaan Mughal segera menyusun kekuatan gabungan, tapi Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Pada 1530 Babur meninggal dunia, usai menumpas perlawanan Muhammad Lodi di dekat Gogra, setahun sebelumnya.

Pengganti Babur adalah adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M). Pada masa ini kondisi Kerajaan Mughal tidak stabil karena mengalami sejumlah perlawanan. Puncak kejayaan Kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas, Akbar menjalankan pemerintahannya secara militeristis. Selain itu, Akbar juga menerapkan kebijakan politik sulakhul (toleransi universal). Artinya, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan oleh perbedaan etnis dan agama.

Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan tiga penguasa setelahnya; Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Shah Jahan, putra Jahangir, memerintahkan pembangunan Taj Mahal antara 1631-1643 M di Kota Agra. Taj Mahal, istana nan indah ini, dibangun selama 12 tahun, berdiri di tepi Sungai Jamuna. Taj Mahal adalah warisan abadi Dinasti Mughal yang dapat dinikmati hingga kini.

Sepeninggal Aurangzeb, takhta kerajaan dipegang putra tertuanya, Bahadur Syah. Bahadur adalah penganut Syiah. Dalam lima tahun pemerintahannya, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh dan perlawanan penduduk Lahore. Ini terjadi karena Bahadur terlampau memaksakan ajaran Syiah kepada mereka. Mulai saat inilah Dinasti Mughal memasuki masa-masa kemunduran.

Kemunduran ini ditandai dengan konflik di internal keluarga kerajaan. Hampir semua keturunan Babur memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang; Timur Lenk. Perebutan kekuasaan mewarnai perjalanan Dinasti Mughal yang menyebabkan perang saudara berkepanjangan. Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam mempercepat kehancuran Mughal adalah serangan dari luar. Mulai dari serangan Dinasti Safawi (Persia), ketegangan dengan Afghanistan, hingga pemberontakan Hindu. Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi faktor ekonomi karena jalur-jalur perdagangan mulai dikuasai Barat.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement