Senin 31 Oct 2022 21:55 WIB

Representasi Gaya Bizantium di Masjid Kubah Batu

Bentuk oktagonal ini dengan nyata dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan.

 Pria berkostum badut bermain bersama anak-anak dengan latar Masjid Kubah Batu usai melaksanakan sholat Idul Fitri di Kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Kamis (13/5).
Foto: AP/Mahmoud Illean
Pria berkostum badut bermain bersama anak-anak dengan latar Masjid Kubah Batu usai melaksanakan sholat Idul Fitri di Kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Kamis (13/5).

IHRAM.CO.ID, Pada dasarnya Kubah Batu bukanlah bangunan yang merepresentasikan budaya Islam, meskipun kenyataannya bangunan ini didirikan oleh orang-orang Muslim atau sekurang-kurangnya atas perintah orang-orang Muslim, dan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan penaklukan Islam atas musuh-musuhnya. Kubah Batu sebenarnya adalah monumen untuk mengenang kemenangan itu.

Model arsitektur Islam, sebenarnya tak tampak dari bentuk Masjid Kubah Batu. Model arsitrektur Islam justru terlihat pada tujuannya. Tujuan tersebut terungkap bukan dalam bahasa artistik yang dimilikinya, melainkan dengan cara non-arsitektural, yakni tulisan-tulisan Arab yang terdapat pada bagian dinding bangunan tersebut.

Baca Juga

Kubah Batu berbeda dengan masjid dalam bentuk maupun dalam tujuan. Bangunan monumental bagi umat Islam ini memiliki desain dan corak arsitektur yang tidak terlalu khas bangunan tempat ibadah umat Islam. Secara keseluruhan, bangunan ini justru didasarkan pada model-model pra-Islam. Karenanya, rancangan Kubah Batu meniru tipe memusat (terfokus pada sebuah pusat) yang biasa digunakan untuk tempat-tempat pembaptisan dan bangunan gereja.

Perancangan Kubah Batu sangat mendasarkan pada perhitungan geometris, terutama dalam menentukan bentuk dan titik-titik pada denah bangunan. Bentuk denahnya yang segi delapan (oktagonal) berbeda dengan prinsip bangunan masjid. Bentuk denah seperti inilah yang menyebabkan arah kiblat menjadi kabur.

Bentuk oktagonal ini dengan nyata dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan. Dalam hal ini, sebuah bundaran dikelilingi oleh sebuah oktagon dalam oktagon lain. Ini merupakan pola geometris sederhana yang dapat dibuat dari penempatan sebuah bujur sangkar pada bujur sangkar lain dengan memutarnya 45 derajat. Kolom berbentuk sama sebanyak enam belas bersama pilaster di setiap sudutnya tampak menyangga atap keliling. Pola seperti ini biasa ditemukan pada karya arsitektur Bizantium.

Gaya Bizantium juga bisa kita saksikan pada desain bagian dalam (interior) bangunan Kubah Batu ini. Di dalam dekorasi bangunan monumental itu banyak terdapat mozaik-mozaik yang menunjukkan perpaduan motif-motif Sasanid dan Bizantium yang merupakan karakteristik seni Islam awal.

Ruang bagian dalam dari Kubah Batu banyak mempunyai ciri khas arsitektur Bizantium, yakni dihiasi secara mewah dengan beraneka ragam warna dan bahan material pada ornamennya. Bahan material yang digunakan pada ornamen Kubah Batu banyak menggunakan marmer, mozaik, keramik, dan lapisan emas.

Kubah Batu telah mengalami beberapa kali perbaikan dalam sejarahnya yang panjang. Salah satu perbaikan yang paling penting yaitu dilakukan pada abad ke-16 M pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Yang Agung (1520-1566). Perbaikan itu dilakukan dengan menutupi bagian luar (eksterior) bangunan dengan ubin keramik yang dilapisi kaca yang menutupi mozaik sebelumnya. Ubin keramik itu adalah pelopor ubin Iznik yang menjadi ciri khas penting arsitektur Usmani. Ubin yang menutupi bangunan itu sekarang ditambahkan pada 1968. Pada waktu yang bersamaan, Kubah Batu dilapisi dengan emas untuk pertama kali. Lapisan emas yang ada sekarang dibuat pada 1993.

Sementara itu, bagian jendela dibuat di sekeliling batas lingkaran utama pada kubahnya. Ini mengingatkan kita pada daun-daun jendela yang terdapat pada bangunan Gereja Aya Sofia (Hagia Sophia) di Istanbul, Turki, yang merupakan salah satu karya arsitektur terbesar pada zaman Bizantium.

Aplikasi bentuk lengkung setengah lingkaran pada sekeliling dinding dibuat untuk memberi kesan lunak pada bahan batu bata yang mempunyai kesan kaku dan keras. Aplikasi bentuk lengkung ini pada awalnya merupakan salah satu ciri khas bangunan gereja pada zaman Bizantium

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement