Senin 31 Oct 2022 12:06 WIB

Lima Jurus Sehat Mental untuk Gen Z

Usia 20-an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa.

Menjaga Kesehatan Mental (ilustrasi)
Foto: mgit03
Menjaga Kesehatan Mental (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Isu kesehatan mental saat ini sedang hangat dibicarakan, terutama untuk para Gen Z. Dari hasil riset Maybelline, enam dari 10 Gen Z berusia 18-25 tahun di Indonesia mengaku pernah mengalami gejala isu kesehatan mental. 

Namun sayangnya, hanya 15 persen yang memilih untuk pergi ke psikolog untuk membantu menanganinya. Riset tersebut juga menunjukkan bahwa sejumlah hal yang menimbulkan kecemasan dan keresahan di kalangan Gen Z adalah ketakutan akan ketidakpastian masa depan (60 persen) dan isu masalah pendewasaan (43 persen).

Masih dalam rangka merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia 10 Oktober, Maybelline kembali menggaungkan Brave Together dan mengadakan diskusi bertemakan “Ready for My 20s”.

Bertempat di Selasar Balai Purnomo, Universitas Indonesia, rangkaian kegiatan talkshow dan booth interaktif mengangkat tema yang sangat dekat dengan anak muda "Ready for my 20s" untuk berdiskusi dan menjawab keresahan.

Tema ini diangkat karena memasuki usia 20-an merupakan masa peralihan yang cukup menantang, sebab mereka harus menyatukan ekspektasi dengan realita. “Memasuki usia 20-an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa, dengan segudang ekspektasi yang ada di benak mereka,” ujar psikolog klinis sekaligus co-founder KALM, Karina Negara, lewat siaran persnya, Senin (31/10/2022).

Menurut Carla Mangindaan, Brand General Manager Maybelline Indonesia, Maybelline Brave Together adalah komitmen global Maybelline New York yang diluncurkan di Indonesia pada bulan Mei 2022 untuk mendukung isu kesehatan mental melalui 2 metode: edukasi dan akses konseling gratis bagi yang membutuhkan. ''Sejalan dengan misi Maybelline New York untuk mendorong kepercayaan diri, kebebasan berekspresi, serta membuat perubahan di dunia, kami percaya bahwa isu kesehatan mental sangat dekat dan sangat relevan bagi masyarakat. Namun sayangnya, seringkali mash menjadi stigma bagi sebagian kelompok," ungkap dia.

Dalam proses pendewasaan, diperlukan pola pikir dan mentalitas "BRAVE" untuk merawat kesehatan mental yang dibutuhkan agar mampu menjadi manusia dewasa yang berfungsi optimal.

Dalam kegiatan tersebut, ada sejumlah tip untuk menjaga kesehatan mental untuk para Gen Z. Apa sajakah?

1. Bangun Kebiasaan Positif

Memiliki kebiasaan yang positif bisa Kawan Puan mulai dari hal kecil seperti bangun pagi dan membiasakan diri untuk olahraga teratur. Dengan menerapkan cara ini, kamu akan merasa lebih produktif dan memiliki lebih banyak waktu untuk merencanakan harimu ke depannya. Di samping itu, memiliki kebiasaan positif yang konsisten, emosi pun akan lebih terjaga lantaran hati yang lebih tenang karena perencanaan yang lebih matang.

 

2. Rencanakan Waktu Istirahat

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kondisi mental seseorang. Untuk itu, kamu harus merencanakan waktu untuk istirahat atau tidur pada waktu yang teratur setiap hari demi menjaga stabilitas mental.

 

3. Afirmasi Diri

Cara kamu berpikir tentang diri sendiri memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental. Seseorang yang memandang dirinya dan hidupnya secara negatif, maka kamu juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, ketika kamu memiliki kebiasaan untuk menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, tanpa disadari kamu pun jadi lebih optimis.

 

4. Validasi Emosi

Validasi merupakan kemampuan mengakui dan menerima emosi yang dirasakan, yang mana ini juga menjadi hal penting lainnya untuk menjaga kesehatan mental. Kita memerlukan latihan dan refleksi diri secara rutin agar bisa memvalidasi emosi diri. Saat melakukan validasi emosi, refleksi yang akurat dan jujur bisa membantu proses penerimaan diri, tetapi jika masih sulit melakukannya tak ada salahnya meminta bantuan profesional melalui konseling.

 

5. Ekspresikan Kebaikan

Berbuat baik tak hanya berdampak positif pada orang yang kita bantu, tetapi juga untuk diri sendiri. Membantu orang lain berarti kamu membentuk self-esteem yang lebih sehat karena dapat menemukan makna dan menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri.

Yuk, kita praktikkan mulai sekarang.

sumber : siaran pers
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement