Ahad 30 Oct 2022 23:05 WIB

Komunitas Muslim Singapura Bahas Isu Kesejahteraan

Komunitas Melayu/Muslim selama bertahun-tahun telah mencerminkan kemajuan Singapura.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Muslim Singapura
Foto: AP
Muslim Singapura

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Yayasan Mendaki mengadakan sesi diskusi #MakingConnections sebagai bagian dari perayaan 40 tahun kelompok swadaya pada Sabtu (29/10/2022). Isu tentang keterwakilan Melayu/Muslim yang berlebihan di antara kelompok berpenghasilan rendah termasuk di antara isu-isu yang dibahas pada dialog.

Acara itu diadakan bersamaan dengan festival tahunan Raikan Ilmu (Merayakan Pengetahuan) selama sebulan penuh. Wakil Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong dan Menteri Senior Negara Pertahanan dan Tenaga Kerja Zaqy Mohamad menghadiri sesi tersebut.

Baca Juga

“Saya pikir ada percakapan yang bagus, mulai dari kekompakan sosial, peluang kerja, dan bahkan bagaimana kami dapat membantu para manula yang menua dengan nyaman di Singapura dan juga hidup setelah pensiun,” kata Zaqy, dilansir dari laman Straits Times pada Ahad (30/10/2022).

“Dan ini adalah pertanyaan penting tidak hanya untuk Singapura tetapi juga untuk komunitas Melayu untuk melihat bagaimana sebagai masyarakat kita dapat berkontribusi dan maju bersama dengan bangsa,” lanjutnya.

Sekitar 300 profesional Melayu/Muslim dari sektor publik dan swasta, termasuk bidang pendidikan, teknologi dan olahraga, berpartisipasi dalam acara di Fairmont Singapura.

Sebelum dialog, mereka duduk dalam kelompok yang berbeda dan didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait pandangan ke mana arah masyarakat Melayu/Muslim. Kemudian juga bagaimana mereka dapat berkontribusi sebagai individu dan sebagai kelompok.

Disarankan dalam dialog guna mendorong lebih banyak keluarga berpenghasilan rendah untuk mengirim anak-anak mereka ke pra-sekolah. Hal ini akan membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan. Di samping itu, kebutuhan untuk mematahkan stereotip bahwa hanya anak laki-laki yang terlibat dalam sains, teknologi, teknik dan matematika (Stem) dan bahwa kelompok minoritas tidak mahir dalam mata pelajaran tersebut juga disorot.

Wong mengatakan, kemajuan komunitas Melayu/Muslim selama bertahun-tahun telah mencerminkan kemajuan Singapura, dan komunitas tersebut akan menjadi bagian integral dari perubahan yang diharapkan Singapura dapat dilakukan untuk dekade berikutnya. Perubahan ini termasuk menurunkan ketidaksetaraan pendapatan dan memastikan mobilitas tetap tinggi, tambahnya.

“Jika Anda melanjutkan (upaya) di antara masyarakat dengan bantuan Pemerintah, jika Anda melanjutkan dengan semangat kesukarelaan yang kuat di antara banyak dari Anda, dan yang terpenting, jika Anda terus menekankan semangat belajar, unggul dalam segala hal yang Anda lakukan, saya yakin bahwa komunitas akan terus melakukan yang lebih baik lagi,\" kata Wong.

“Dan ketika Anda melihat ke depan dalam dekade berikutnya dan seterusnya, kita akan dapat melihat lebih banyak orang Melayu/Muslim unggul di semua bidang ekonomi yang berbeda, dan kita dapat berbuat lebih banyak lagi untuk mengangkat kelompok berpenghasilan rendah dan kurang beruntung juga,” lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement