Senin 31 Oct 2022 00:38 WIB

Tumpukan Sampah Plastik Permen di Balik Kemeriahan Halloween

Sampah kemasan sisa Halloween di AS bisa capai 272 kg dalam semalam.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Membagikan permen atau cokelat sudah menjadi tradisi saat perayaan Halloween.
Foto: EPA/Erik S Lesser
Membagikan permen atau cokelat sudah menjadi tradisi saat perayaan Halloween.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemeriahan perayaan Halloween menyisakan masalah rumit, yakni penumpukan kemasan plastik permen yang sulit didaur ulang. Seperti diketahui, saat Halloween, masyarakat di sejumlah negara punya kebiasaan membagikan permen atau penganan manis.

Sampah kemasan saat Halloween di Amerika Serikat dilaporkan mencapai sekitar 600 juta pon atau 272 kilogram. Segelintir perusahaan mencoba mengatasi permasalahan itu lewat metode daur ulang. Akan tetapi, upaya tersebut diakui hanya membuat sedikit perubahan. Salah satu perusahaan yang berinisiatif mengatasi masalah kemasan plastik adalah Mars, pembuat cokelat Snickers dan M&M's.

Baca Juga

Sejak awal Oktober 2022, Mars mendistribusikan 17.400 kantong pengumpul sampah permen kepada konsumen AS melalui situs webnya dan di acara-acara komunitas. Kantong dapat diisi dengan pembungkus dan kemasan dari merek apa pun dan dikirim gratis ke pendaur ulang khusus di Illinois. Pendaur ulang itu, G2 Revolution, membentuk paket menjadi pelet dan menggunakannya untuk membuat kantong sampah untuk anjing, menargetkan lebih dari dua ton bungkus daur ulang.

Meski terkesan menjanjikan, program daur ulang itu baru mengatasi sebagian kecil dari masalah. "Yang ingin saya lihat adalah program ini tidak lagi diperlukan dan (kemasan produk) kami sepenuhnya dapat didaur ulang," kata Tim LeBel, presiden penjualan Mars Wrigley AS, dikutip dari laman AP News, Ahad (30/10/2022)

Profesor di sekolah pengemasan di Michigan State University, Muhammad Rabnawaz, menyampaikan pendapatnya soal sampah kemasan plastik Halloween. Rabnawaz mengatakan, pembungkus plastik sangat ideal untuk permen karena murah dan ringan.

Plastik permen pun mudah dimodifikasi untuk fungsi yang berbeda, beberapa memiliki lapisan sehingga permen tidak menempel. Akan tetapi, pembungkus plastik menjadi tantangan bagi perusahaan daur ulang. Pasalnya, pembungkus plastik sering mengandung campuran bahan, seperti foil, yang harus dipisahkan.  

Foil yang kecil dan tipis kerap melewati peralatan penyortiran biasa. Campuran itu pun harus dibersihkan untuk menghilangkan lemak, minyak dan sisa makanan lainnya. Walau semula berwarna-warni, ketika dicampur bersama, warnanya menjadi tidak menarik. "Ketika perusahaan berusaha mendaur ulang bungkus permen, hasilnya adalah plastik bernilai rendah sehingga tidak menutup biaya daur ulang," ujar Rabnawaz.

 

Sementara, produsen permen mengaku menghabiskan jutaan dolar AS untuk mengembangkan kemasan baru yang akan lebih mudah didaur ulang atau dijadikan kompos. Cadbury Mondelez memperkenalkan kemasan yang terbuat dari 30 persen plastik daur ulang di beberapa pasar tahun ini.  

Baru-baru ini, Mars bermitra dengan Danimer Scientific, sebuah perusahaan biotek, untuk mengembangkan kemasan yang dapat dibuat menjadi kompos. Hershey pun telah menetapkan target agar semua kemasannya mudah didaur ulang, dapat digunakan kembali, atau dibuat menjadi kompos pada 2030.

Direktur eksekutif dari Massachusetts Public Interest Research Group, Janet Dominitz, berpendapat daur ulang saja tidak akan pernah bisa mengimbangi jumlah sampah kemasan. Dominitz mengatakan kemasan plastik sekali pakai perlu dihilangkan sama sekali.

"Masalahnya bukan jumlah bungkus permen pada Halloween, tetapi buangan yang dimungkinkan oleh infrastruktur kita selama 365 hari dalam setahun," tutur Dominitz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement