Selasa 25 Oct 2022 14:51 WIB

Sejarah Hari Ini: Zambia Merdeka

Zambia menjadi negara Afrika kesembilan yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Peta Zambia, Mozambique, Botswana, dan Zimbabwe yang berada di Benua Afrika.
Foto: EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA
Peta Zambia, Mozambique, Botswana, dan Zimbabwe yang berada di Benua Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, LUSAKA - Pada 25 Oktober 1964, Zambia menjadi negara Afrika kesembilan yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris sejak dikuasai dari 1888. Kemerdekaan bekas koloni Rhodesia Utara kemudian dirayakan dengan upacara di Stadion Kemerdekaan ibu kota Lusaka.

Presiden baru negara itu adalah Kenneth Kaunda. Ia diberi Instrumen Kemerdekaan oleh perwakilan Ratu Inggris, Putri Kerajaan. Ribuan orang pun meneriakkan kata "Kwatcha" yang memiliki arti fajar.

Teriakan itu dipekikkan ketika mereka menyaksikan warna merah, hitam, hijau dan oranye dari bendera Republik Zambia menggantikan British Union Jack untuk menandai pergantian resmi pada tengah malam. Putri Mary membaca pesan pribadi Ratu saat Inggris menyambut anggota terbaru Persemakmuran.

Presiden Kaunda telah memberikan konferensi pers pertamanya sejak menjabat. Dia berbicara tentang tugas republik baru untuk membangun bangsa yang didasarkan pada rasa hormat terhadap semua orang dari semua ras, semua warna kulit dan semua agama.

Kaunda mengatakan akan mendukung Inggris jika tetangga Rhodesia membuat deklarasi kemerdekaan sepihak. "Deklarasi itu akan mendapat perlawanan dari seluruh dunia dan tidak akan bertahan lama." ujarnya saat itu dikutip laman BBC History, Selasa (25/10/2022).

Kaunda saat itu berusia 40 tahun memiliki reputasi sebagai sosok yang moderat dan rasional yang menentang kekerasan. Ia mendukung pelestarian 10 dari 73 kursi di parlemen untuk Eropa setidaknya untuk empat tahun ke depan.

Dia juga berharap dapat meyakinkan 70 ribu orang Eropa di Zambia, yang sebagian besar bekerja di Sabuk Tembaga dekat perbatasan dengan Kongo dan memiliki kepentingan ekonomi yang besar bagi negara itu. Banyak yang telah pergi ke Afrika Selatan karena khawatir meningkatnya kebencian Afrika terhadap mereka.

Salah satu tindakan pertama Kaunda sebagai kepala negara adalah membebaskan 200 pejuang kemerdekaan yang dipenjara karena menghasut pemerintah kolonial. Dia juga telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Afrika Selatan yang meminta para pemimpin Afrika, termasuk Nelson Mandela, untuk dipenjarakan di Zambia daripada di tanah air mereka.

Lusaka saat ini menjadi markas dari 15 gerakan kebebasan Afrika, termasuk Zanu dan Zapu dari Rhodesia. Setelah mengambil alih kekuasaan, Kaunda menasionalisasi sebagian industri pertambangan dan menjadi tulang punggung ekonomi internasional negara itu.

Pada 1972 ia cukup kuat untuk melarang semua oposisi terhadap Partai Persatuan Kemerdekaan Nasional (UNIP) yang berkuasa untuk menciptakan negara satu partai pada tahun berikutnya. Dia adalah pendukung kuat gerakan anti-apartheid dan menentang pemerintahan minoritas kulit putih Ian Smith di Rhodesia.

Kerusuhan politik yang meningkat mendorong Presiden Kaunda untuk mencabut larangan partai politik pada 1990. Dia kalah dalam pemilihan multi-partai pada 1991 dari Frederick Chiluba dan Gerakan untuk Demokrasi Multipartai (MMD).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement