Kamis 20 Oct 2022 15:22 WIB

Sri Mulyani: Rantai Pasok Jadi Akar Masalah Laju Inflasi Melonjak

Per September 2022, laju inflasi di Indonesia melonjak 5,65 persen

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana gedung bertingkat di Jakarta. Pemerintah mengungkapkan penyebab laju inflasi melonjak berasal dari rantai pasok. Per September 2022, laju inflasi di Indonesia kembali mencapai rekor tertinggi sebesar 5,65 persen secara tahunan atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana gedung bertingkat di Jakarta. Pemerintah mengungkapkan penyebab laju inflasi melonjak berasal dari rantai pasok. Per September 2022, laju inflasi di Indonesia kembali mencapai rekor tertinggi sebesar 5,65 persen secara tahunan atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan penyebab laju inflasi melonjak berasal dari rantai pasok. Per September 2022, laju inflasi di Indonesia kembali mencapai rekor tertinggi sebesar 5,65 persen secara tahunan atau naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini pemerintah berupaya mengatasi laju inflasi.“Usaha Presiden Jokowi mencoba mengatasi inflasi dari akar masalahnya, yakni rantai pasokan,” tulis Sri Mulyani dikutip dari instagram pribadinya, Kamis (20/10/2022).

Sri Mulyani menyebut tim kolaborasi pengendalian inflasi nasional dan daerah, volatilitas harga pangan Indonesia menurun ke angka sembilan persen. Hal ini yang menyebabkan inflasi Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain.

"@Kemenkeuri pun turut menggunakan instrumen fiskal untuk mendukung upaya tersebut. Kita memberikan reward dalam bentuk insentif kepada setiap daerah yang inflasinya lebih rendah dari inflasi nasional," tulisnya.

Menurutnya APBN yang sehat dan kuat juga menjadi kunci penting dalam hal ini. Dari berbagai pertemuan bilateral yang dilakukan di US kemarin, banyak stakeholder melihat pengelolaan APBN secara prudent dan hati-hati.

“Hal itu juga menjadi salah satu pilar yang menyebabkan ekonomi Indonesia bisa tetap terjaga, tanpa mengurangi kredibilitas dan keberlanjutan APBN,” tulisnya.

Menurutnya di tengah proyeksi perekonomian dunia tahun depan, Indonesia dianggap sebagai the bright spot. Adapun capaian ini juga tak lepas dari kerja sama yang baik antara pemerintah dengan DPR dalam mengeksekusi desain kebijakan fiskal yang baik dan tepat.

"The bright spot harus tetap kita jaga bersama, baik pemerintah, @dpr_ri, dan seluruh lapisan masyarakat. Pada 2023, kita akan tetap optimis, namun juga waspada," tulisnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement