Selasa 18 Oct 2022 21:35 WIB

Tokoh Agama Dunia akan Bicarakan Tema Sensitif di R20

Tema sensitif akan dibahas tokoh agama dunia di R20.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Juru Bicara Forum Religion of Twenty (R20) Muhammad Najib Azca memberikan paparan saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Senin (26/9/2022). Kunjungan tersebut dalam rangka silaturahmi sekaligus menyampaikan agenda Forum Religion of Twenty (R20) yang akan berlangsung pada November 2022. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengundang pimpinan agama terkemuka dari seluruh dunia untuk berkumpul di Indonesia dalam forum R20.
Foto: Republika/Prayogi.
Juru Bicara Forum Religion of Twenty (R20) Muhammad Najib Azca memberikan paparan saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Senin (26/9/2022). Kunjungan tersebut dalam rangka silaturahmi sekaligus menyampaikan agenda Forum Religion of Twenty (R20) yang akan berlangsung pada November 2022. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengundang pimpinan agama terkemuka dari seluruh dunia untuk berkumpul di Indonesia dalam forum R20.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Religion of Twenty (R20) di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022. Dalam forum internasional ini, para tokoh agama dari berbagai belahan dunia akan membicarakan tema-tema penting dan juga sensitif. 

Juru Bicara Forum Agama G20 (R20) Muhammad Najib Azca menjelaskan, dalam Forum R20 nantinya para pemimpinan agama akan diminta untuk duduk bersama dan memikirkan tentang apa saja yang menjadi persoalan. Menurut dia, PBNU telah merumuskan beberapa tema penting yang ingin dibahas dalam acara ini. 

Baca Juga

"Ada beberapa tema yang ingin dibahas yang itu merupakan isu-isu penting dan sekaligus sensitif dan sekaligus krusial dalam pergaulan antaragama," ujar Najib dalam acara Media Briefing yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (18/10/2022).

Tema pertama misalnya, kata dia, para tokoh agama yang hadir nantinya akan membahas mengenai isu kepedihan-kepedihan sejarah atau 'Historical Grievances. Menurut Najib, di dalam hubungan antaragama kenyataannya memang terjadi kepedihan-kepedihan itu. 

"Misalnya ketika di India dulu Hindu amat sangat kuat, lalu ada imperium muslim datang. Sebagian besar warisan Hindu dihilangkan yang ini sampai sekarang menyisakan luka, kira-kira begitu. Di tempat lain yang Islam, mungkin kemudian katolik atau kristen datang dan kemudian warisan Islam dihilangkan. Jadi ada luka-luka di masa lalu. Itu realitas historis yang tak bisa dihilangkan," ujar Najib.

Karena itu, menurut dia, Forum R20 ini mengajak dan menawarkan kepada para pemimpin agama dunia untuk melakukan diskusi demi kepentingan bersama sekaligus mengajak melakukan Truth Telling (kejujuran), yaitu pengungkapan kebenaran mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu.

"Itu sebagai jalan untuk menuju ke titik apa yang disebut sebagai rekonsiliasi dan pengampunan," kata Najib.

Selain itu, lanjut dia, Forum R20 juga akan mengajak pata pemimpin agama untuk mengidentifikasi dan mernagkul nilai-nilai mulia yang bersumber dari agama dan peradaban besar dunia. "Jadi kami yakin meskipun punya luka-luka masa lalu tapi agama dan peradaban besar itu memiliki nilai-nilai mulia yang bisa menjadi inspirasi, menjadi basis untuk pergaulan kita," jelas Najib.

Topik lainnya adalah "Rekontekstualisasi Ajaran Agama yang Usang dan Bermasalah", "Mengidentifikasi Nilai-Nilai yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan dan Menjamin Koeksistensi Damai", serta "Ekologi Spiritual".

"Tema lain yang juga penting dan ini juga sensitif, yaitu mengenai rekontekstualisasi ajaran-ajaran agama yang problematik dan rusak. Jadi masing-masint agama disadari punya teks-teks, punya produk-produk pemikiran keagamaan yang mungkin relevan pada masa lalu tapi sekarang menjadi problematik," jelas Najib.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement