Selasa 11 Oct 2022 15:09 WIB

Tersangka Tragedi Kanjuruhan Minta Polisi Autopsi Korban

Autopsi dinilai perlu untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tersangka tragedi Kanjuruhan sekaligus Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris mendesak aparat mengusut tuntas kerusuhan yang menewaskan ratusan jiwa tersebut. Ia juga mendesak aparat melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematian para korban.

"Karena ini tragedi kemanusiaan, saya mohon kepada semuanya kepada pihak terkait agar segera diusut tuntas. (Autopsi) itu untuk usut tuntas semua biar clear semua harus diketahui penyebabnya," ujarnya di Mapolda Jatim, Surabaya, Selasa (11/10/2022).

Baca Juga

Abdul Haris menegaskan betapa pentingnya autopsi untuk membongkar kasus ini secara terang benderang. Ia juga meminta dilakukannya pemeriksaan secara berkala terhadap para korban. Karena, kata dia, hingga saat ini banyak korban yang masih sakit dan menjalani perawatan.

"Itu yang terpenting (autopsi) untuk mengetahui penyebab kematian dari korban. Juga pemeriksaan dilakukan berkala kepada korban karena untuk para korban masih menderita sakit. Ada yang matanya masih sakit, ada yang masih sesak," ujarnya.

Abdul Haris juga meminta pengusutan secara tuntas terkait penggunaan gas air mata pada peristiwa tersebut. Apalagi, gas air mata yang digunakan saat pengamanan kerusuhan tersebut jenisnya bermacam-macam. "Gas air mata itu kan bermacam-macam itu bisa dideteksi, ditemukan di lapangan. Kita ingin tahu dan diusut tuntas," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement