Kamis 06 Oct 2022 05:22 WIB

Pemprov NTB dan Universitas Bakrie Kerja Sama Pengembangan Budidaya Larva 

Program ini untuk mendukung keberhasilan NTB zero waste atau ‘nol dedoro’.

Ilustrasi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Universitas Bakrie bekerja sama untuk pengembangan budidaya larva.
Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Ilustrasi. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Universitas Bakrie bekerja sama untuk pengembangan budidaya larva.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Universitas Bakrie bekerja sama untuk pengembangan budidaya larva. Program ini untuk mendukung terciptanya pertanian dan pariwisata yang berkelanjutan.

Dalam kerja sama ini, Pemprov NTB dan Universitas Bakrie menyerahkan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, pada Rabu (5/10/2022). Kerja sama ini tertuang dalam program Universitas Bakrie Matching Fund Kedaireka 2022 “Integrasi Zero Waste dan Agrowisata Dalam Pertanian Berkelanjutan Melalui Budidaya Larva Black Soldier Fly (BSF)”. 

Baca Juga

“Integrasi zero waste dan agrowisata merupakan wujud kolaborasi dan penerapan inovasi yang dihasilkan di perguruan tinggi sebagai solusi untuk memecahkan masalah timbulan sampah sekaligus mewujudkan pertanian dan pariwisata berkelanjutan,” kata Ketua Matching Fund Kedaireka 2022 Universitas Bakrie Deffi Ayu Puspito Sari melalui keterangan yang diterima Republika.

Program Universitas Bakrie Matching Fund Kedaireka 2022 ini diinisiasi oleh peneliti Universitas Bakrie bermitra dengan Dompet Dhuafa. Pembiayaan program Matching Fund Kedaireka 2022 diperoleh dari Kemendikbudristek RI.

 

Program ini merupakan upaya untuk mendukung keberhasilan NTB zero waste atau dikenal dengan ‘nol dedoro’. Program ini juga untuk mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berfokus pada solusi ramah lingkungan dan penerapan ekonomi sirkular.

“Pupuk organik sebagai hasil budidaya BSF dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Pakan ternak dari larva BSF dapat meringankan biaya penyediaan pakan ternak dan mensubstitusi pakan ternak biasa dengan pakan yang kaya nutrisi. Lokasi budidaya BSF juga dapat dijadikan tempat edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah organik oleh BSF,” kata dia. 

Selain itu, Universitas Bakrie akan mendorong lebih banyak masyarakat dan kemandirian pelaku usaha di sektor pertanian di NTB untuk turut andil dalam merespons permasalahan timbulan sampah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Timbulan sampah merupakan permasalahan yang muncul seiring peningkatan jumlah penduduk. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat pada 2021, total timbulan sampah di Indonesia mencapai 21,88 juta ton. Dari angka itu, 40,4 persen merupakan jenis sampah organik. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement