Selasa 04 Oct 2022 19:01 WIB

Lahan Terbatas, Penduduk Gaza Bermukim di Area Pemakaman

Permintaan rumah meningkat, Gaza membutuhkan 14.000 unit rumah baru per tahun.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Tentara Israel berjaga-jaga saat buldoser militer menghancurkan sebuah rumah Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, 03 Oktober 2022. Lahan tempat tinggal di Jalur Gaza yang berpenduduk padat semakin terbatas. Beberapa penduduk Gaza yang kesulitan mencari tempat tinggal, memilih untuk menetap di area pemakaman umum.
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Tentara Israel berjaga-jaga saat buldoser militer menghancurkan sebuah rumah Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, 03 Oktober 2022. Lahan tempat tinggal di Jalur Gaza yang berpenduduk padat semakin terbatas. Beberapa penduduk Gaza yang kesulitan mencari tempat tinggal, memilih untuk menetap di area pemakaman umum.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lahan tempat tinggal di Jalur Gaza yang berpenduduk padat semakin terbatas. Beberapa penduduk Gaza yang kesulitan mencari tempat tinggal, memilih untuk menetap di area pemakaman umum.

Di pemakaman Sheikh Shaban, yang merupakan pemakaman tertua di Gaza, keluarga Kamilia Kuhail tinggal di sebuah rumah yang dibangun oleh suaminya di area tersebut. Suami Kuhail membangun rumah di atas dua kuburan orang tak dikenal, yang jenazahnya kini terkubur di bawah fondasi bangunan.

Baca Juga

“Jika orang mati bisa berbicara, mereka akan meminta kami untuk pergi dari sini,” kata Kuhail yang telah tinggal di pemakaman di pusat kota Gaza selama 13 tahun bersama suami dan enam anaknya.

Untuk memasuki rumahnya, Kuhail harus menuruni tiga anak tangga. Kuhail tidak memiliki banyak perabotan rumah tangga, dan ada bau khas yang tercium saat memasuki rumahnya. Kuhail menyebut bau itu sebagai "bau kematian". Anak-anak Kuhail kerap bertanya kapan mereka bisa pindah dari kuburan dan tinggal di rumah yang layak. 

“Saya kadang-kadang diundang oleh teman-teman sekolah, tetapi saya tidak dapat mengundang mereka ke sini, saya terlalu malu untuk melakukannya,” kata Lamis, putri Kuhail yang berusia 12 tahun.

Tunawisma Gaza yang tinggal di kuburan mencerminkan tekanan yang meningkat untuk lahan tempat tinggal. Gaza telah menghadapi krisis demografis yang meningkat selama bertahun-tahun. Populasi Gaza naik lebih dari dua kali lipat dalam 30 tahun ke depan menjadi 4,8 juta. Sementara lahan sudah hampir habis.  

Persaingan untuk real estat di Gaza sangat ketat. Permintaan untuk perumahan maupun lahan pertanian terus meningkat. Wakil Menteri Perumahan, Naji Sarhan, mengatakan, Gaza membutuhkan 14.000 unit rumah baru per tahun.

Padatnya penduduk Gaza dan terbatasnya lahan, membuat warga setempat tidak punya pilihan lain untuk membangun tempat tinggal di atas tanah kuburan. Terlebih, ekonomi Gaza mengalami tekanan di bawah blolade Israel. 

“Kami menghadapi dilema menemukan lahan untuk membangun kuburan karena realitas Gaza dan pertumbuhan penduduknya,” kata Mazen An-Najar, dari Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Gaza, yang mengawasi 64 kuburan di Gaza.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement