Selasa 04 Oct 2022 15:22 WIB

BLT Dinilai Berikan Kontribusi Pertumbuhan PDB

BLT dinilai mengatrol kepuasan publik terhadap presiden.

Warga mendekati mobil yang membawa Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja di Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Selasa (27/9/2022). Dalam kunjungan tersebut Presiden memberikan secara langsung bantuan subsidi upah (BSU) dan bantuan langsung tunai (BLT) dampak penyesuaian harga BBM di Kabupaten Buton, Buton Selatan dan Kota Baubau.
Foto: ANTARA/Jojon
Warga mendekati mobil yang membawa Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja di Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Selasa (27/9/2022). Dalam kunjungan tersebut Presiden memberikan secara langsung bantuan subsidi upah (BSU) dan bantuan langsung tunai (BLT) dampak penyesuaian harga BBM di Kabupaten Buton, Buton Selatan dan Kota Baubau.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar Kebijakan Publik Universitas Indonesia Zuliansyah mengatakan bantuan langsung ke masyarakat kecil di tengah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) cukup memberikan memberikan katalis positif terhadap peningkatan kepuasan bagi Jokowi.

“Memang kalau kita lihat itu kan rakyat cukup puas ya dari 62,6 persen naik menjadi 67 persen persen artinya naik ke sekitar 5 persen dalam jangka waktu yang cukup singkat. Memang kalau kita lihat disurveinya itu bahwa kemudian bantuan langsung kepada rakyat itu memberikan porsi yang tertinggi ya memang kalau kita lihat dari logikanya itu memang pas,” ujar Zuliansyah, Selasa, (4/10/2022).

Baca Juga

Dosen Fakultas Ilmu Administrasi UI menambahkan, manfaat dari bantuan yang diterima langsung oleh masyarakat dinilai mengkatrol tingkat kepuasan di samping program-program Presiden Jokowi yang sudah lama di kerjakana seperti pada sektor infrastruktur.

“Artinya itu kan program langsung diterima langsung oleh masyarakat, lalu ada survei maka tentu saja ia akan mengalami kenaikannya kepuasannya. Walaupun ada beberapa program-program Presiden Pak Jokowi yang sudah lama dilakukan seperti infrastruktur jalan dan sebagainya Itu juga kepuasannya cukup tinggi,” ulasnya.

Namun, Zuliansyah juga memberikan masukan kepada pemerintah terhadap masalah lain di masyarakat seperti kenaikan harga bahan pokok yang harus diperhatikan dan harus segera ditangani.

“Harus segera memperhatikan variabel-variabel masyarakat yang merasa tidak puas itu harus disentuh terus itu harus ditangani secara cepat,” kata Zuliansyah

Sementara, Peneliti Bidang Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Iwan Hermawan mengatakan bantuan sosial (bansos) akan menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut Iwan Hermawan, bansos akan berdampak terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,0067 persen.

“Kenaikan harga BBM dan bansos masih akan memberikan dampak positif terhadap PDB,” kata Iwan Hermawan.

Iwan Hermawan menyebut bansos akan menjaga penurunan daya beli masyarakat berada di angka 0,18 persen dan kenaikan inflasi di angka 1,17 persen.

Dia melanjutkan bansos juga akan menjaga penurunan nilai ekspor di angka 0,30 persen dan penurunan nilai impor di angka 0,64 persen.

Sementara dia mengatakan penyesuaian harga BBM malah akan meningkatkan kinerja industri teknologi serta minyak dan gas (migas).

Selain itu akan meningkatkan kinerja sektor mesin dan perlengkapannya sebesar 3,2 persen, sektor gas bumi dan panas bumi sebesar 0,36 persen, dan pertambangan sebesar 0,28 persen. 

Diketahui, pemerintah sedang menyalurkan bansos sebesar Rp24,17 triliun untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah adanya penyesuaian harga BBM, yang terdiri dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp12,4 triliun, Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar 9,6 triliun dan subsidi transportasi sebesar Rp2,17 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement