Selasa 04 Oct 2022 15:22 WIB

Kenaikan Harga BBM Dorong Inflasi Purwokerto dan Cilacap

TPID melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Akibat dari kenaikan harga BBM,  inflasi Purwokerto dan Cilacap pada September 2022 meningkat, masing-masing tercatat 1,15 persen (mtm) dan 1,11 persen (mtm). Sebelumnya pada Agustus 2022, Purwokerto dan Cilacap masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,44 persen (mtm) dan -0,55 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, inflasi pada kedua daerah utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas bensin, solar, serta biaya angkutan dalam dan luar kota sebagai dampak kebijakan penyesuaian harga BBM oleh pemerintah per 3 September 2022.

"Selain itu, inflasi juga didorong oleh kenaikan harga beras akibat penurunan produksi seiring berlangsungnya periode tanam gadu di berbagai sentra produksi," ujar Rony, Selasa (4/10/2022).

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyumas dan Cilacap telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis. Di antaranya melalui pelaksanaan rapat TPID dalam rangka penguatan sinergi program pengendalian inflasi serta penanggulangan dampak inflasi.

Kemudian, pelaksanaan operasi pasar untuk beberapa komoditas seperti beras, minyak goreng, pencanangan program urban farming melalui gerakan tanam cabai di pekarangan, pemberian bantuan Alat dan Mesin Pertanian (alsintan) untuk mendukung peningkatan produktivitas, serta penjajakan dan implementasi Kerja Sama Antar Daerah (KAD) produk pangan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, inflasi di Purwokerto terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok transportasi dengan andil sebesar 1,28 persen (mtm). Dilihat dari komoditasnya, yang menjadi penyumbang inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas bensin, beras, angkutan antar kota, tarif kereta api dan angkutan dalam kota.

Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga, di antaranya bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan jeruk. Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender inflasi Purwokerto tercatat 5,62 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 7,20 persen (yoy).

Capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi September tahun 2019 sampai 2021 yang sebesar 1,84 persen (yoy). Sedangkan inflasi di Cilacap terutama bersumber dari kenaikan harga kelompok transportasi dengan andil sebesar 1,23 persen (mtm).

Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah bensin, beras, angkutan antar kota, nasi dengan lauk dan solar. Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga, diantaranya daging ayam ras, minyak goreng, terong, bawang merah, dan semangka.

Secara tahun kalender, inflasi Cilacap sebesar 5,95 persen (ytd). Adapun capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 7,45 persen (yoy) pada posisi September 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi September 2019 hingga 2021 yang sebesar 1,58 persen (yoy).

"Inflasi Purwokerto dan Cilacap pada 2022 diperkirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran inflasi 3±1 (yoy) pada 2023," ujar Rony.

Adapun risiko yang dapat memengaruhi pencapaian inflasi pada tahun berjalan antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional, masih tingginya harga energi dan pangan global (imported inflation) serta risiko bergejolaknya harga pangan.

Dalam hal ini koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus diperkuat sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement