Selasa 04 Oct 2022 10:03 WIB

Paus Fransiskus Minta Ukraina Terbuka Soal Proposal Perdamaian

Paus Fransiskus meminta Ukraina untuk terbuka soal tawaran perdamaian yang serius

Paus Fransiskus mengimbau Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk terbuka terhadap proposal serius untuk perdamaian.
Paus Fransiskus mengimbau Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk terbuka terhadap proposal serius untuk perdamaian.

REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Paus Fransiskus pada Ahad (2/10/2022) mengulangi seruannya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang di Ukraina.

"Permohonan saya ditujukan pertama dan terutama kepada Presiden Federasi Rusia, saya memohon dia untuk menghentikan spiral kekerasan dan kematian ini, juga demi rakyatnya sendiri," ungkap paus seperti dikutip oleh Vatican News.

Dia juga mengimbau Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk terbuka terhadap proposal serius untuk perdamaian.

“Saya mendesak semua protagonis kehidupan internasional dan para pemimpin politik negara-negara untuk melakukan segala kemungkinan guna mengakhiri perang."

Dia juga menyampaikan keprihatinannya atas ancaman nuklir dan eskalasi militer dalam perang di Ukraina.

"Saya sangat menyesalkan situasi serius yang telah muncul dalam beberapa hari terakhir, dengan tindakan lebih lanjut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Ini meningkatkan risiko eskalasi nuklir, menimbulkan ketakutan akan konsekuensi yang tidak terkendali dan bencana di seluruh dunia."

Presiden Vladimir Putin pada Jumat secara resmi mengumumkan pencaplokan empat wilayah Ukraina ke teritorial Rusia.

Pada 23-27 September, wilayah separatis Ukraina di Donetsk dan Luhansk serta bagian Zaporizhzhia dan Kherson yang dikuasai Rusia mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.

Referendum telah dikutuk oleh komunitas internasional, yang mana negara-negara Eropa dan AS menyebut referendum itu "palsu" dan tidak akan diakui oleh mereka.

 

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/paus-fransiskus-mohon-pada-putin-hentikan-spiral-kekerasan-dan-kematian/2701106
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement