Senin 03 Oct 2022 19:13 WIB

Solusi Memaafkan Secara Nasional untuk Tragedi Kanjuruhan

Kerusuhan bisa jadi disebabkan rasa benci yang tidak mudah dihilangkan.

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). Polda Jatim mencatat jumlah korban jiwa dalam kerusuhan tersebut sementara sebanyak 127 orang.

Oleh : Mohamad Soleh

REPUBLIKA.CO.ID, Hati teriris dan terdesak untuk segera menuliskan solusi atas kejadian paling mengerikan dalam dunia sepak bola di Indonesia, bahkan tingkat dunia (nomor dua paling mengerikan di dunia menurut berita di Republika (https://www.republika.co.id/berita/rj3jv3484/127-orang-tewas-tragedi-di-stadion-kanjuruhan-nomor-dua-paling-mengerikan-di-dunia). Dari catatan Republika, selain 127 orang meninggal, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.

Kepala Polda Jawa Timur (Kapolda Jatim), Irjen Nico Afinta mengatakan, "Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan".

Artinya, sekitar 3.000 penonton yang anarkis versi polisi ini bisa jadi sebagai sumber penyebab awal terjadinya kerusuhan yang disebabkan rasa benci yang muncul sebagai agresifitas dan sebenarnya sudah mengakar serta tidak mudah dihilangkan. Bila perasaan kebencian dibiarkan saja, maka menurut hasil penelitian dari sejumlah ahli jiwa di seluruh dunia menyimpulkan bahwa orang-orang yang memelihara ‘sakit hati’ benar-benar menjadi sakit organ hatinya (lever).

Karena itu, rasa benci tersebut harus segera dibereskan dengan berbagai teknik psikologi yang efektif dan sesuai dengan kondisi mereka yang masih muda. Menurut berbagai penelitian diluar negeri menunjukkan orang yang berusia lebih muda, dalam hal ini adalah remaja dan dewasa awal, lebih sulit memaafkan dibanding mereka yang berusia lebih tua. Di sisi lain, beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa agresifitas (termasuk tindakan mem-bully) itu akan berkurang bila tinggi tingkat pemaafannya mereka.

Bahkan menurut penelitian Wallace dkk, pemaafan akan menjadikan orang yang mendzalimi tidak melakukan tindak kedzaliman di masa yang akan datang. Karena itu, para derby yang menjadi sumber penyebab awal kerusuhan serta derby-derby kota lainnya (termasuk para suporter olahraga lainnya), perlu segera ditingkatkan kemampuan pemaafan mereka.  

Bila menurut hasil penelitian yang telah di publikasikan di Jurnal Talenta Universitas Negeri Malang

(https://ojs.unm.ac.id/talenta/article/view/35839), ada pelatihan Smart Empowerment Technique/SET ditulis oleh Mohamad Soleh) terbukti dapat meningkatkan Pemaafan para pemuda. Hal ini ditegaskan oleh ketua penelitinya, yaitu DR. Fuad Nashori, Psikolog, ada beberapa aspek yang membuat SET dapat meningkatkan pemaafan para pemuda tsb, antara lain:

(1) Proses Smart empowerment technique itu dengan pandangan Worthington, yaitu bahwa proses pemaafan berlangsung melewati berbagai tahapan pemaafan yang meliputi recall, emphatize, altruistic, commit, dan hold. Lima tahapan itu dikenal dengan sebutan, REACH.

(a) Recall adalah mengingat kembali rasa luka itu seobyektif mungkin, tidak berpikir bahwa pelakunya adalah orang jahat, tidak merasa kasihan pada diri sendiri. (b) Empathize atau berempati, yaitu berusaha untuk memahami sudut pandang si pelaku. Memikirkan apa yang menyebabkan pelaku berbuat jahat. (c) Altruistic atau berupa maaf, yaitu mengenang kembali kesalahan yang telah dilakukan, lalu merasa bersalah, dan akhirnya memaafkan. (d) Commit, yaitu tekad untuk memaafkan secara terbuka atau menulis surat untuk memaafkan pelaku. (e) Hold, yaitu berpegang teguh pada pemaafan karena memaafkan bukanlah penghapusan melainkan merupakan perubahan pada kesan yang ditimbulkan kenangan. Tahapan-tahapan tersebut dilalui subjek melalui Teknik Pemaafan dalam training Smart Empowerment Technique.

(2) Teknik MEditasi Zikir dalam smart empowerment technique adalah teknik pemberdayaan individu dengan menggunakan pendekatan Islam (berzikir) yang diintegrasikan dengan pendekatan kontemporer (meditasi). Teknik ini secara spesifik melaksanakan meditasi hingga dalam kondisi yang rileks lalu diarahkan untuk berzikir kepada Allah. Kondisi inilai yang menciptakan fenomena pengalaman keagamaan yang memunculkan kelapangan hati. Kelapangan hati membuka peluang bagi individu untuk memberikan pemaafan.

(3) Selain itu, ada salah satu Teknik SET yaitu teknik Pemaafan. Pemaafan dijadikan sebagai teknik utama dalam pelatihan SET. Hal ini selaras dengan pendapat para peneliti seperti Achour, Bensaid dan Nor, ungkap DR Fuad Nashori, Psikolog dalam laporan penelitiannya. Mereka mengungkapkan bahwa pemaafan merupakan salah satu strategi koping dalam perspektif Islam yang efektif dalam meningkatkan pemaafan. Di samping itu, hampir semua teknik  SET adalah teknik ajaib yang tanpa harus cerita masalahnya apa dan bermasalah dengan siapa, sehingga bagi orang Islam yang diminta menjaga aib, teknik ini sangat cocok dan aman serta mudah diaplikasikan.

Selain agresifitas dan keinginan menyakiti orang lain berkurang, ada penelitian yang juga menunjukkan para klien kanker dan penyakit berat lain bisa mencapai kesembuhan hanya karena melepas amarahnya secara sadar dengan cara memaafkan orang-orang yang membuatnya sakit hati dan membuang dendam amarah yang selama membuatnya menderita luka batin. Para ilmuwan Amerika telah membuktikan bahwa orang yang mampu memaafkan lebih sehat baik jiwa maupun raga.

Orang-orang yang diteliti menyatakan penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Telah dibuktikan gejala-gejala kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stres, susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Dalam bukunya, ’Forgive for Good’, Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran, dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat, dan stres. Memaafkan kesalahan juga bisa mengatasi stres dan mengurangi risiko sakit jantung.

Penelitian di Stanford menemukan, dalam sebuah studi dari 259 orang yang menerima pelatihan mengenai sikap memaafkan, 70 persen dari mereka mengalami penurunan perasaan sakit hati, 27 persen telah mengurangi gejala fisik dari stres, dan 15 persen memiliki tekanan emosional yang lebih rendah.

Terlihat dari bukti itu semua, maka perlulah segera diadakan pembinaan secara sistematis dan menasional. Tujuannya agar para pemuda di seluruh Indonesia bisa menjadikan Indonesia lebih damai dan mereka bisa membantu mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 yang telah digalakkan oleh pemerintah Indonesia.

Karena itu Mohamad Soleh selaku founder SET menggagas program nasional Empowering Indonesia bersama timnya, selain telah memberikan pelatihan dan pembinaan kepada ribuan orang di berbagai kampus, institusi dan komunitas di beberapa kota di Indonesia dan Filipina. Di samping itu sejak 2015 juga mengedarkan buku Smart Empowerment Technique (SET)  ke Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Filipina. Bahkan pernah menjadi pemateri utama dalam acara program Inspirasi yang live sebanyak 13 episode sebuah di Stasiun TV Islam pada tahun 2015.

Terakhir dan paling inovatif, Soleh juga telah membuat aplikasi Learning Management System / elearning yang berisi kursus online / ecourse khusus SET (https://instituteofpeople.com/course/detail/60) yang terdiri dari video interaktif dengan animasi menarik yang tidak membosankan, karena berbasis gamification & game. Dengan ecourse inilah teknik-teknik SET bisa diakses kapan pun dan di manapun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement