Senin 03 Oct 2022 17:28 WIB

Tertibkan ODOL, Hutama Karya Pasang Alat WIM di Gerbang Tol Lematang

Pemerintah menargetkan zero ODOL pada 2023.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah kendaraan melaju di ruas Tol Bakauheni-Terbanggibesar, Lampung (ilustrasi). PT Hutama Karya (Persero) kembali mengupayakan penertiban kendaraan over dimension and over load (ODOL) di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sebagai pintu awal masuk Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah kendaraan melaju di ruas Tol Bakauheni-Terbanggibesar, Lampung (ilustrasi). PT Hutama Karya (Persero) kembali mengupayakan penertiban kendaraan over dimension and over load (ODOL) di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sebagai pintu awal masuk Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hutama Karya (Persero) kembali mengupayakan penertiban kendaraan over dimension and over load (ODOL) di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sebagai pintu awal masuk Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Direktur Operasi II Hutama Karya Koentjoro mengatakan kali ini penertiban tersebut menggunakan teknologi weigh in motion (WIM).

"Dengan alat ini (WIM) seluruh kendaraan yang melintas menuju gerbang tol Lematang secara otomatis tertimbang muatan kendaraannya sehingga pada saat proses tapping sudah terdeteksi hasil timbangannya," kata Koentjoro dalam pernyataan tertulisnya, Senin (3/10/2022). 

Baca Juga

Dengan penerapan teknologi tersebut, Koentjoro menuturkan kendaraan yang muatan dan dimesinya berlebih akan didatangi petugas. Selanjutnya kendaraan tersebut tidak diperbolehkan masuk tol atau diputarbalikan. 

Dia menambahkan, kebijakan tersebut digalakkan kembali dalam menuju zero ODOL 2023. Selain itu juga untuk mengurangi jumlah kendaraan ODOL yang melintas di jalan tol. 

Sejak penerapan WIM pada 2019, tercatat kurang lebih 40 kendaraan Odol diputarbalikkan setiap bulannya di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar. “Kendaraan yang diputarbalikkan rata-rata kendaraan Golongan II dan III," ujar Koentjoro. 

Koentjoro menegaskan, kendaraan ODOL sangat merugikan banyak pihak. Selain rentan terjadi kecelakaan dikarenakan sistem rem yang tidak maksimal dan memiliki blind spot yang besar, kendaraan ODOL juga dapat merusak perkerasan jalan. 

"Untuk itu kami galakkan terus edukasi terkait ODOL ini agar terus menjaga kualitas jalan tol yang dikelola demi keamanan dan kenyamanan dari pengguna jalan tol,” ucap Koentjoro. 

Dalam mengantisipasi melintasnya kendaraan ODOL di jalan tol yang dikelola, Koentjoro menegaskan, Hutama Karya juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Daerah. Khususnya dalam melakukan razia kendaraan ODOL di seluruh ruas tol yang dikelola yang belum dipasangkan alat WIM. 

“Razia Kendaraan ODOL dilakukan secara berkala di ruas-ruas lainnya, seperti bulan lalu di Jalan Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka) dan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Permai)," ungkap Koentjoro.

Dia memastikan Hutama Karya rencananya akan memasang alat WIM di ruas-ruas lainnya. Salah satunya seperti Jalan Tol Pekanbaru-Dumai yang sudah direncanakan pemasangannya. 

"Terkait dengan razia kendaraan ODOL ini, kami akan terus bekerja sama dengan dinas perhubungan dan instansi terkait, termasuk aparat penegak hukum agar terus menciptakan jalan tol dengan zero ODOL," jelas Koentjoro. 

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat truk ODOL menyebabkan kerugian negara hingga Rp 1 triliun per tahun. Kerugian tersebut diakibatkan karena permukaan jalan tol harus diperbaiki akibat sering dilintasi truk ODOL. 

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengatakan saat ini sudah bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk mendeteksi kendaraan ODOL. Hal tersebut dilakukan melalui penerapan teknologi WIM. 

"Pengendalian ODOL akan menggunakan pemindai ata scanner dimensi yang terpasang pada kamera dan timbangan pengukuran pada jalan sehingga berat kendaraan tetap bisa diukur saat kendaraan masih berjalan," ucap Danang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement