Senin 03 Oct 2022 10:27 WIB

Survei Tankan BoJ: Sentimen Bisnis Jepang Memburuk di Kuartal Ketiga

Ekonomi Jepang tumbuh 3,5 persen secara tahunan pada kuartal kedua.

Bank of Japan/Bank Sentral Jepang. Sentimen bisnis produsen Jepang memburuk dalam tiga bulan hingga September, survei Tankan bank sentral Jepang (BoJ) menunjukkan pada Senin (3/10/2022).
Foto: AP Photo/Shizuo Kambayashi
Bank of Japan/Bank Sentral Jepang. Sentimen bisnis produsen Jepang memburuk dalam tiga bulan hingga September, survei Tankan bank sentral Jepang (BoJ) menunjukkan pada Senin (3/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sentimen bisnis produsen Jepang memburuk dalam tiga bulan hingga September, survei Tankan bank sentral Jepang (BoJ) menunjukkan pada Senin (3/10/2022). Ini memperkuat pandangan bahwa pelemahan yen dan dampak inflasi pada biaya bisnis merusak pemulihan ekonomi yang rapuh.

Menambah kesuraman, kekhawatiran perlambatan ekonomi global mengaburkan prospek ekonomi yang bergantung pada ekspor, yang baru muncul dari pandemi Virus Corona.

Baca Juga

Sentimen sektor jasa sedikit cerah dari tiga bulan lalu, survei Tankan BoJ menunjukkan, meskipun pengecer kurang optimistis karena meningkatnya biaya hidup yang disebabkan oleh harga-harga komoditas yang lebih tinggi dan dorongan harga impor dari penurunan yen.

Indeks utama untuk produsen besar memburuk menjadi plus 8 pada September dari plus 9 pada Juni, survei triwulanan menunjukkan, dibandingkan dengan rata-rata perkiraan pasar untuk plus 11. Indeks non manufaktur besar berdiri di plus 14 pada September, naik dari plus 13. Ini dibandingkan dengan rata-rata perkiraan pasar untuk plus 13.

 

Produsen-produsen besar negara itu memperkirakan kondisi bisnis membaik tiga bulan ke depan, sementara sentimen nonmanufaktur besar terlihat memburuk, survei menunjukkan.

Ekonomi Jepang tumbuh 3,5 persen secara tahunan pada kuartal kedua karena pencabutan pembatasan COVID-19 mendorong konsumsi. Tetapi banyak analis memperkirakan pertumbuhan melambat pada kuartal ketiga, karena permintaan global yang melambat dan kenaikan harga bahan mentah membebani ekspor dan konsumsi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement