Jumat 30 Sep 2022 03:04 WIB

Menko Airlangga: Hilirisasi Komoditas Perkebunan Topang Peningkatan Ekonomi Nasional

Hilirisasi yang dilakukan dinilai mampu meningkatkan nilai ekspor sejumlah komoditas

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah telah mampu meningkatkan nilai ekspor pada sejumlah komoditas seperti kelapa sawit yang tumbuh menjadi 28,52 miliar dolar AS pada 2021 serta besi dan baja yang naik menjadi 21,47 miliar dolar AS pada 2021.
Foto: Istimewa
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah telah mampu meningkatkan nilai ekspor pada sejumlah komoditas seperti kelapa sawit yang tumbuh menjadi 28,52 miliar dolar AS pada 2021 serta besi dan baja yang naik menjadi 21,47 miliar dolar AS pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas, pemerintah terus melakukan hilirisasi. Hilirisasi yang dilakukan dinilai telah mampu meningkatkan nilai ekspor pada sejumlah komoditas seperti kelapa sawit yang tumbuh menjadi 28,52 miliar dolar AS pada 2021 serta besi dan baja yang naik menjadi 21,47 miliar dolar AS pada 2021.

“Hilirisasi mampu menciptakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, dan membuat neraca perdagangan positif. Kalau kita tidak beranjak dari hilirisasi maka value tidak bertambah, oleh karena itu hilirisasi berbagai komoditas harus didorong,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech dalam acara Seminar Nasional Peran Standardisasi dan Produktivitas Hasil Komoditas Perkebunan Dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nasional, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Lebih lanjut, kata dia, pemerintah juga telah menyiapkan bantuan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki plafon sebesar Rp 373,17 triliun pada 2022. Angka itu akan meningkat sebesar Rp 470 triliun pada 2023.

Airlangga pun menjelaskan, penggunaan KUR tersebut dapat menjadi opsi investasi jangka panjang bagi para pelaku sektor pertanian, khususnya pada komoditas kelapa sawit. “Pada sekor pertanian telah diberikan KUR sebesar Rp 70 triliun dan bisa meningkat karena tidak ada batasan bagi sektor pertanian, pemerintah pun berupaya mendorong KUR kelompok yang belum optimal pelaksanaannya,” ujar dia.

Airlangga turut menyampaikan terkait ketersediaan beras yang berada pada level aman untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan capaian produksi hingga 31 juta ton dalam tiga tahun terakhir. Dengan capaian tersebut, Indonesia juga berhasil memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute (IRR) di tengah situasi pandemi dan krisis pangan yang terjadi di berbagai negara.

Terakhir, Airlangga mengajak berbagai pihak baik korporasi maupun pemerintah Daerah agar dapat mendorong kemajuan berbagai komoditas lain dengan gencar melakukan promosi. Lalu memasarkan produk yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong kesejahteraan para petani.

Pada kesempatan itu, dirinya menuturkan, tren penguatan kinerja terus ditunjukkan berbagai indikator perekonomian nasional di tengah risiko pelemahan ekonomi global, tercermin dari capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 yang tercatat mencapai 5,44 persen. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, pendapatan negara, hingga kinerja ekspor tersebut turut mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk dalam Seven Economic Wonders of Worried World menurut majalah Financial Time.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement