Rabu 28 Sep 2022 15:43 WIB

Pupuk Indonesia: Petani Masih Boros Gunakan Pupuk

Pemborosan pemupukan berdampak langsung pada kerusakan lingkungan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
 PT Pupuk Indonesia (Persero) menyebut salah satu tantangan sektor pertanian saat ini masih pada persoalan borosnya penggunaan pupuk oleh petani. (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyebut salah satu tantangan sektor pertanian saat ini masih pada persoalan borosnya penggunaan pupuk oleh petani. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) menyebut salah satu tantangan sektor pertanian saat ini masih pada persoalan borosnya penggunaan pupuk oleh petani. Pemborosan pemupukan berdampak langsung pada kerusakan lingkungan.

"Saya melihat hari ini isunya itu (petani) boros memakai pupuk. Tidak rasional. Kalau sering kali Anda dengar pemupukan berimbang, sebetulnya yang tetap pemupukan rasional," kata Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk menjadi salah satu dari empat isu besar industri pupuk nasional ke depan. Selain soal pertanian presisi, pengembangan pupuk hayati, dan keberlanjutan industri.

Menurutnya, akibat pemborosan penggunaan pupuk kimia, dampak negatif kepada lingkungan akan terasa bagi petani itu sendiri. Pada beberapa kasus, penggunaan pupuk berlebihan mendorong munculnya emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.

Nugroho mencatat, salah satu contoh riil pada penggunaan pupuk Urea yang masih belum efisien. "Jadi kalau tanaman butuh satu, jangan dikasih dua. Ini kemudian berpotensi merusak lingkungan," kata dia.

Kendati demikian, pihaknya tak menampik pendampingan kepada petani menjadi tantangan tersendiri bagi Pupuk Indonesia. Edukasi dan pendampingan kepada petani dalam menggunakan pupuk terus dilakukan untuk merubah kebiasaan petani.

Namun di sisi lain, perseroan juga dihadapkan pada tuntutan untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan harga pupuk bagi petani.

Pupuk Indonesia bersama Institute Fertilizer Research Institute (IFRI) dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) telah meneken kerja sama untuk menyusun peta jalan riset Klaster Pupuk untuk 10 tahun ke depan. Salah satunya, untuk dapat menemukan inovasi pupuk yang lebih ramah lingkungan namun dengan biaya yang tetap terjangkau.

"Ini isu yang penting dan harus digarap secara selaras. Tidak ada artinya pupuk bagus tapi tidak terjangkau. Tapi tidak juga untuk petani semua harus murah, petani kita juga cukup rasional," ujar dia.

Asisten Deputi Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Muhammad Rizal Kamal, meminta agar riset dan inovasi yang dilalukan oleh Pupuk Indonesia bersama para mitranya bisa menghasilkan produk yang dekat dengan pasar.

Ancaman-ancaman terhadap ketersediaan bahan baku pupuk ke depan juga perlu menjadi perhatian perusahaan dan akademisi untuk menyiapkan alternatif pupuk ramah lingkungan.

"Walaupun penelitian yang dilakukan ini 10 tahun ke depan, kita harap satu sampai lima tahun ke depan sudah ada hasil-hasil riset yang bisa diangkat dan direalisasikan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement