Selasa 27 Sep 2022 23:52 WIB

Dokter Khawatir pada Kasus HIV/AIDS yang Belum Ditemukan

Kasus yang belum ditemukan bisa menular bebas di masyarakat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
HIV/AIDS. Ilustrasi
Foto: .
HIV/AIDS. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam, Ari Fahrial Syam khawatir kasus Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang belum ditemukan. Sebab, kasus yang belum ditemukan ini bisa berdampak pada terus terjadinya penularan.

"Permasalahan utama yang ada di Indonesia untuk penanggulangan HIV AIDS adalah deteksi kasus baru yang rendah," kata Ari kepada Republika.co.id, Selasa (27/9/2022).

Baca Juga

Ia mengutip siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) awal bulan Agustus 2022, menyebutkan bahwa dari target 97 ribu kasus terdeteksi baru 13 ribu yang ditemukan. Artinya, masih ada kasus-kasus baru yang belum ditemukan dan ini akan berdampak pada penularan yang terus terjadi di tengah masyarakat jika kasus yang belum terdeteksi tersebut melakukan kontak seksual dengan siapa pun.  

"Terus terang buat saya sebagai akademisi dan klinisi dan juga turut menangani kasus HIV yang terkait gejala gastrointestinal temuan ratusan remaja ini  cukup merisaukan," katanya.

Karena itu, ia meminta edukasi harus terus menerus disampaikan, bisa saja terjadi penularan karena ketidaktahuan cara penularan mereka menjadi terpapar dengan infeksi HIV yang pengobatannya harus seumur hidup ini. Pasien dengan HIV biasanya datang dengan gejala yang tidak khas dan berlangsung kronis sampai pasien tersebut masuk pada periode AIDS.

Sebagian besar pasien HIV  ini sudah berobat ke dokter, tapi diagnosis HIV belum terpikirkan oleh dokter-dokter sebelumnya. "Oleh karena itu, perlu ada kejujuran dari pasien saat berobat ke dokter menyampaikan bahwa pasien memang sudah mempunyai risiko untuk terinfeksi HIV," ujarnya.

Sampai sejauh ini, ia melihat bahwa umur pasien juga bervariasi. Ada yang baru berumur 25 tahun. Bahkan ada yang berumur 65 tahun. Ia menambahkan, profesinya juga macam-macam dari mulai penjaja seks sampai ibu rumah tangga.

Bahkan, pemberitaan media akhir-akhir ini HIV terjadi pada remaja dan anak. Jadi, boleh dibilang bahwa HIV dapat diderita oleh siapa saja dan dari semua kalangan.

Ia menjelaskan, HIV disebabkan oleh virus RNA yang penularan utama melalui kontak seksual baik melakukan hubungan sesama jenis maupun berbeda lawan jenis. Virus HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga pasien yang terinfeksi oleh kuman HIV ini akan mengalami berbagai infeksi oportunistik yang bisa mematikan penderitanya jika tidak diobati.

Pasien yang mengandung virus HIV dalam perjalanan penyakitnya bisa jatuh dalam kondisi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Kondisi pergaulan bebas baik sesama jenis maupun lawan jenis juga lebih kurang sama di kota-kota besar jadi bisa diprediksi kasus HIV pada remaja juga ditemukan di kota-kota besar di Indonesia ini.

"Penularan pada anak muda yang utama adalah melalui hubungan seksual per vagina maupun melalui anus," ujarnya.

Berganti ganti pasangan juga menjadi risiko tertular infeksi HIV. Pasien dengan infeksi menular seksual lain seperti sifilis, herpes, gonore (kencing nanah) juga berisiko terinfeksi HIV karena sudah mempunyai luka terbuka pada kelamin atau duburnya. Penggunaan narkoba melalui jarum suntik juga menjadi risiko penularan walau saat ini penggunaan jarum suntik sudah semakin rendah mengingat saat ini narkoba yang umum melalui diminum dan dihisap atau dihirup.

Gejala HIV AIDS

Ia menambahkan, gejala-gejala pertama yang muncul bisa macam-macam. Ada juga pasien yang terdiagnosis setelah tindakan endoskopi ditemukan jamur pada kerongkongannya (esofagus). Lidah yang putih akibat jamur disertai berat badan turun juga perlu diduga disebabkan oleh virus HIV.

Ia menambahkan, tuberkulosis (TBC) paru pada pasien dengan risiko tinggi menderita HIV AIDS harus dievaluasi kemungkinan terinfeksi HIV. Pasien dengan HIV bisa juga diawalinya dengan mengalami kelainan pada kulit, berupa kulit berwarna kehitaman.

Pasien juga bisa datang dengan kejang-kejang akibat virus HIV sudah mengenai otaknya. Ia meminta saat ini ketika pasien berusia 20-30 tahun mengalami diare kronis maka dokter harus memikirkan HIV sebagai penyebabnya.

"Agar kita tidak terlambat mendeteksi adanya virus HIV pada pasien tersebut," ujarnya.

Ia meminta harus selalu diingat bahwa pasien dengan virus HIV bisa seperti orang sehat lain sampai mengalami AIDS dengan kondisi pasien kurus dengan berbagai macam gejala klinis seperti batuk-batuk kronis, diare, timbul benjolan di leher dan kulit kehitaman. Dengan semakin banyak kasus HIV di tengah masyarakat mestinya kemampuan dokter untuk mendeteksi kasus ini juga semakin tinggi.

"Semakin cepat diobati semakin cepat kita mencegah komplikasi yang terjadi," katnya.

Ia menambahkan, saat ini pasien-pasiennya yang diobati dan harus minum obat seumur hidup dan juga obatnya gratis dari pemerintah bisa hidup normal tanpa keluhan bahkan berat badan mereka sudah kembali seperti sebelum sakit. Ia selalu mengingatkan kepada mereka untuk berhati-hati dalam berhubungan seksual karena infeksi ini bisa menularkan ke orang lain melalui kontak seksual.

Seks bebas merupakan faktor risiko utama bagaimana virus tersebut berpindah dari satu orang ke orang lain.Suami atau istri yang menderita HIV akan menularkan kepada istri atau suaminya. "Virus HIV menyerang sistim pertahanan tubuh,  sehingga akhirnya mudah terjadi infeksi jamur. Penularan virus melalui kontak seksual cukup sekali saja juga sudah bisa terinfeksi," katanya.

Tak hanya itu, ia menyebutkan ibu penderita HIV bisa menularkan kepada anak-anak yang dilahirkan. Sedangkan, orang serumah atau orang satu kantor atau teman sekolah dengan penderita HIV tidak akan tertular kalau hanya sekedar mengobrol atau bekerja salam satu tim, makan bersama, berenang bersama atau duduk dalam ruangan yang sama.

Menurutnya, stigma yang menakutkan bahwa penderita HIV harus dikucilkan sebenarnya tidak perlu terjadi lagi saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement