REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam wawancara terbarunya dengan Romper, Meghan Trainor mengenang kelahiran putranya, Riley. Ketika lahir pada Februari 2021, Riley sempat masuk neonatal intensif care unit (NICU).
Menurut Meghan, suster yang merawat dirinya dan putranya pasca persalinan menyebut bahwa konsumsi obat antidepresan saat kehamilan berdampak negatif pada kondisi Riley. Meghan jadi bingung dengan ucapan perawat tersebut.
"Mereka terus bertanya kepada saya apakah saya mengonsumsi antidepresan selama kehamilan, saya memang meminumnya, tetapi dengan dosis yang sangat rendah," kata penyanyi "All About That Bass" itu.
Dilansir Page Six, Selasa (27/9/2022), Meghan menepis praduga perawat karena dokternya telah mengatakan kepadanya bahwa aman untuk meminum obat-obatan itu. Antidepresan disebut tidak akan memengaruhi bayinya.
"Itu benar-benar kacau," kata Meghan yang mengalami diabetes gestasional saat hamil.
Riley sempat masuk ke perawatan NICU karena dia tidak bangun dan enggan menyusu. Menurut Meghan, tim medis tak bisa menegakkan diagnosis mengenai kondisi Riley.
"Mereka tidak bisa menyebut apa yang salah. Dia (Riley) tidak mau bangun. Mereka berkata, 'Terserah Riley kapan dia ingin bangun'. Saya seperti 'Benarkah? Tidak bisakah kalian membangunkannya?’," kata dia.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Swedia dan diterbitkan dalam publikasi US Pharmacist pada 2016, penggunaan antidepresan oleh ibu hamil dikaitkan dengan tingkat rawat inap NICU yang lebih tinggi. Beruntung bagi Meghan, putranya sudah keluar dari rumah sakit dan bisa pulang bersama dia dan suaminya, aktor Daryl Sabara.
Hanya saja, Meghan mengatakan dirinya dan suaminya yang juga bintang Spy Kids itu masih mengkhawatirkan bayi mereka. Sebab, Riley tidak menangis saat lahir.
"Kami terus seperti, 'Ya ampun, ada apa dengannya? Seperti inikah pembunuh berantai ketika mereka pertama kali lahir? Mereka tidak pernah menangis?'," kata penyanyi "Me Too" itu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
