Ahad 25 Sep 2022 18:36 WIB

Warga di Daerah Terpencil, Tertinggal, dan Terdepan Antusias Terima Uang BLT BBM

Penyaluran BLT BBM di Kota Batam telah mencapai 95 persen.

Executive General Manager Pos Batam, Elan, menjelaskan, penyaluran BLT BBM di Kota Batam telah mencapai 95 persen, atau telah disalurkan kepada 29.059 KPM.
Foto: Istimewa
Executive General Manager Pos Batam, Elan, menjelaskan, penyaluran BLT BBM di Kota Batam telah mencapai 95 persen, atau telah disalurkan kepada 29.059 KPM.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM - - Pos Indonesia (Persero) tetap tancap gas untuk nuntaskan penyaluran BLT BBM hingga ke daerah 3T (tertinggal, terpencil, dan terdepan). Daerah 3T dikenal penuh tantangan dengan kondisi geografis dan topografi berupa perairan dan pegunungan.

Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, merupakan salah satu di antara daerah 3T yang didatangi petugas juru bayar dari Pos Indonesia. Petugas mengunjungi rumah keluarga penerima manfaat (KPM) untuk menyerahkan bantuan Rp 500 ribu, dengan rincian BLT BBM Rp 300 ribu (Rp 150 ribu/bulan) dan bansos sembako senilai Rp 200 ribu.

"BLT BBM diserahkan untuk 2.900-an KPM yang menerima di 6 kelurahan. Semua sudah menerima BLT BBM yang didistribusikan oleh Pos Indonesia," kata Camat Belakang Padang, Kota Batam, Yudi Admadjianto dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Ahad, (25/9/2022). 

Selain disalurkan secara langsung ke rumah KPM, petugas juru bayar juga menyalurkan melalui komunitas di tingkat kelurahan. Cara ini, diakui Yudi, sangat memudahkan masyarakat dalam menjemput bantuan.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Pos karena menyalurkan hingga ke kelurahan, ini sangat membantu masyarakat. Sebab, jika masyarakat mengambil ke kantor pos di ibu kota kecamatan harus mengeluarkan biaya tambahan. Melintasi pulau-pulau membutuhkan biaya pulang-pergi sekitar Rp 100 ribu," katanya.

Sebagai daerah yang masuk kategori 3T, di Kecamatan Belakang Padang terdapat beberapa pulau yang masuk kategori terdepan dengan berbagai keunikan masing-masing.

"Pulau terluar yaitu Pulau Nipah, Pelampong, dan Batu Berhenti (tidak ada penduduk, hanya mercusuar). Di Pulau Pelampong ada tiga KK dengan 11 jiwa. Alhamdulillah, meski cuma tiga KK perhatian pemerintah tetap sampai," ujarnya.

Dalam menyalurkan BLT, koordinasi menjadi hal yang mutlak dilakukan. Koordinasi yang solid dan intens sungguhlah penting mengingat keberadaan beberapa kelurahannya menjadi pulau terdepan. Tentu pula pengamanan dari TNI/Polri yang berjaga di perbatasan sangat penting keberadaannya.

Yudi mengatakan, kenaikan harga BBM mempengaruhi kondisi perekonomian warga Belakang Padang, yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Terutama mereka yang berprofesi sebagai nelayan tangkap yang bergantung pada alam. 

"Pengeluaran untuk beli BBM bertambah, tapi pendapatannya tidak bisa diprediksi karena bergantung dengan hasil alam," katanya.

Karenanya dengan adanya BLT BBM ini masyarakat sangat bersyukur karena dapat meringankan beban kebutuhan hidup.

"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah, terutama Kementerian Sosial, telah memperhatikan masyarakat kami di pulau perbatasan. Sejatinya warga inilah yang menjaga batas negeri kita dengan Singapura dan Malaysia," papar Yudi.

Sementara itu, Executive General Manager Pos Batam, Elan, menjelaskan, penyaluran BLT BBM di Kota Batam telah mencapai 95 persen, atau telah disalurkan kepada 29.059 KPM. "Kepulauan memiliki karakteristik yang harus kita khususkan pelayanan kepada KPM. Kami melakukan strategi percepatan dan memudahkan KPM menerima bantuan BLT BBM. Tim kami memiliki strategi mendekatkan diri dengan masyarakat," ujar Elan. 

Tim yang dibentuk terdiri dari 20 petugas Pos untuk melayani 10-12 pulau di tiga wilayah kecamatan. Petugas menggunakan moda transportasi air untuk menyalurkan bantuan. Adapun mekanisme penyaluran di wilayah terdepan mempunyai strategi khusus karena kerap terkendala sinyal. 

"Kami mitigasi dengan mode _offline_ tanpa mengurangi keabsahan validasi penerima bantuan," kata Elan.

Elan berharap, kerja sama dan koordinasi yang sudah terjalin baik dengan Pemkot Batam, Dinas Sosial, kecamatan, kelurahan setempat, dan aparatur keamanan TNI/Polri dapat terus terjalin. 

"Sehingga memudahkan kami dalam menyalurkan bantuan kepada penerima," ucapnya.

Para penerima bantuan tentu saja bahagia dan bersyukur menerima BLT BBM dan bansos sembako senilai total Rp 500 ribu.

Salah satunya, Rusmiana, warga Pulau Kasu, Kota Batam. "Alhamdulillah mendapatkan bantuan tidak susah" ujarnya. 

Uang bantuan ini, akan dia dipakai untuk kebutuhan rumah, dan anak sekolah. Dirinya sangat terbantu dengan bantuan ini. Kalau penyaluran yang dulu, dirinya harus pergi ke kecamatan, transportasi pulang pergi Rp 80 ribu, belum makan di sana. Uangnya jadi berkurang.

"Kalau sekarang petugas Pos datang ke pulau. Kita tinggal datang, dan antre. Alhamdulillah uangnya diterima utuh Rp 500 ribu," kata Rusmiana tersenyum gembira.

Ia berharap, harga sembako dan kebutuhan pokok lainnya tidak mahal dan bantuan lebih merata diberikan kepada masyarakat. 

KPM lainnya, Mazlan, warga Pulau Pelampong, Kota Batam, menuturkan, akan menggunakan uang BLT BBM untuk membeli sembako, dan untuk biaya transportasi saat membeli sembako. 

Mazlan sempat mencurahkan isi hatinya kepada pemerintah. "Kalau bisa untuk Pulau Pelampong diberi pengecualian, harga BBM jangan 10 ribu per liter. Seperti kemarin Rp7 ribuan kami masih bisa bertahan. Sekarang kami tidak bisa melaut jauh karena terkendala BBM," ucapnya. 

Walau begitu, Mazlan tetap berterima kasih atas perhatian yang diberikan pemerintah melalui penyaluran BLT BBM dan bansos sembako.

"Terima kasih kepada pemerintah telah memberikan bantuan BLT BBM. Mudah-mudahan ini membantu meringankan beban kami," tuturnya.

Latipah, KPM dari Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, juga tak kalah bahagia menerima BLT BBM. Perempuan paruh baya ini sehari-hari mengajar les untuk anak kelas 1-5 SD. Tak banyak anak yang menjadi muridnya, hanya sekitar lima orang. 

"Saya kegiatan sehari-hari mengajar les untuk anak-anak kelas 1-5 SD, menerima bayaran total Rp 400 ribu per bulan. Saya hidup seorang diri karena suami sudah meninggal," kata Latipah.

Diakuinya, perekonomian terasa semakin sulit, terutama pada masa pandemi. Terlebih fisiknya tidak normal, karena Latipah sejak 20 tahun lalu tidak bisa berjalan. Keharuan Latipah bertambah ketika ia menerima bantuan dari pemerintah. Baginya uang ini dapat meringankan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

"Saya sangat bersyukur menerima bantuan. Uang ini akan dipakai untuk membayar listrik dan makan sehari-hari. Saya berharap pemerintah terus memperhatikan rakyat kecil seperti saya," katanya sembari menangis.

"Dengan adanya bantuan ini, saya berterima kasih kepada Pak Jokowi, Ibu Mensos, dan Pos Indonesia. Saya berharap akan terus menerima bantuan seperti ini setiap bulan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement