Jumat 23 Sep 2022 15:27 WIB

Disdik Jabar Beri Sepeda Listrik ke ABK Korban Bullying

Disdik Jawa Barat berikan sepeda listrik kepada anak berkebutuhan khusus korban bully

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
Remaja disabilitas yang menjadi korban bullying sejumlah pelajar SMA di Cirebon (ilustrasi). Disdik Jawa Barat berikan sepeda listrik kepada anak berkebutuhan khusus korban bully
Foto: Instagram
Remaja disabilitas yang menjadi korban bullying sejumlah pelajar SMA di Cirebon (ilustrasi). Disdik Jawa Barat berikan sepeda listrik kepada anak berkebutuhan khusus korban bully

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar terus memberikan perhatian pada Anak berkebutuhan khusus (ABK) korban perundungan asal Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon. Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi, ia memberikan kadeudeuh berupa sepeda listrik.

Sepeda tersebut, diserahkan secara langsung oleh Dedi Supandi saat datang ke rumah ABK korban perundungan tersebut, pada Jumat (23/9). Dedi Supandi mengatakan, sang anak yang sekolah di salah satu SLB tersebut memang berharap memiliki sepeda listrik. Hal itu diketahui saat pihaknya melakukan assessment kepada korban.

Baca Juga

"Hasil assessment-nya ternyata ada beberapa harapan, bahwa korban menginginkan memiliki sebuah sepeda listrik. Maka hari ini saya datang bersama cabang dinas wilayah X (sepuluh) membawa sepeda listrik," ujar Dedi Supandi dalam siaran persnya.

Menurut Dedi Supandi, pihaknya telah melakukan pendampingan secara intens terkait kondisi psikologis dan traumatik dari anak tersebut. "Berdasarkan laporan dari tim PPA yang melakukan pendampingan psikologis, terhadap kondisi traumatik dan dari cabang dinas telah melakukan assessment jangkauan jarak antara korban dan pelaku," katanya.

Setelah mengunjungi rumah si anak, Dedi Supandi melanjutkan perjalanan ke SMKN 1 Kedawung, Kabupaten Cirebon untuk melakukan pembinaan kepada seluruh kepala sekolah terkait indikator sekolah ramah anak. Khususnya, untuk kepala sekolah di wilayah kerja Kabupaten/Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan.

"Memberikan pendampingan indikator sekolah ramah anak, yang akan ada pengawasannya ke SMA / SMK dan SLB, bukan hanya soal bersih dan aman, tetapi juga harus sudah nyaman dan inklusi," katanya.

Pengawasan yang diberikan yaitu dengan membentuk tim di setiap sekolah yang ditugaskan menerapkan sekolah ramah anak. "Banyak sekali indikatornya, termasuk bagaimana sekolah melakukan pendampingan aktivitas anak, karena 24 jam seorang anak ini delapan jam di sekolah, delapan jam di rumah dan delapan jam di lingkungan lainnya," katanya.

Sementara data hasil evaluasi yang dimiliki Disdik Jawa Barat, menunjukkan SMA dan SLB yang ramah anak di angka 68 persen. Sedangkan, SMK masih di sekitar 28 persen dan harus terus didorong.

"Hasil evaluasi saya SMA dan SLB rata-rata sudah di 68 persen, justru SMK vokasinya bagus tapi status sekolah ramah anak masih di 28 persen, nanti akan kita tingkatkan melalui pendampingan dari dinas setempat untuk pembentukan sekolah ramah anak," katanya.

Dedi juga meminta agar setiap sekolah bisa melakukan kunjungan ke SLB, untuk memahami kondisi dan mengetahui aktivitas anak-anak selama belajar mengajar.

"Untuk itu, kami juga membutuhkan kerja sama dengan pihak sekolah SMK dan SMA untuk mengunjungi sekolah SLB, bahkan bisa ikut melihat aktivitas belajar teman-teman di sana," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement