Rabu 21 Sep 2022 17:28 WIB

KNKT: Pemilik Kapal Tradisional Lebih Butuh Kredit Lunak Dibandingkan Subsidi BBM

KNKT laporkan kondisi kapal tradisional yang tidak layak jadi penyebab kecelakaan

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nelayan tradisional membenahi perahu dan alat tangkap seusai melaut di pesisir pantai Aceh Besar, Aceh. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyoroti persoalan kebutuhan bantuan kredit bagi pemilik kapal tradisional yang dioperasikan untuk mengangkut penumpang dan barang. Kondisi kapal tradisional yang tidak memenuhi aspek keselamatan dengan baik menjadi persoalan di tengah banyaknya kecelakaan kapal.
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Nelayan tradisional membenahi perahu dan alat tangkap seusai melaut di pesisir pantai Aceh Besar, Aceh. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyoroti persoalan kebutuhan bantuan kredit bagi pemilik kapal tradisional yang dioperasikan untuk mengangkut penumpang dan barang. Kondisi kapal tradisional yang tidak memenuhi aspek keselamatan dengan baik menjadi persoalan di tengah banyaknya kecelakaan kapal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyoroti persoalan kebutuhan bantuan kredit bagi pemilik kapal tradisional yang dioperasikan untuk mengangkut penumpang dan barang. Kondisi kapal tradisional yang tidak memenuhi aspek keselamatan dengan baik menjadi persoalan di tengah banyaknya kecelakaan kapal.

"Ke depan kami mengharapkan keberpihakan pemerintah kepada kapal tradisional ini. Mereka hanya membutuhkan bantuan kredit lunak, bukan subsidi BBM," kata kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat ditemui di kawasan Pecenongan, Jakarta, Rabu (21/9/2022). 

Menurutnya, bantuan kredit tersebut jauh lebih dibutuhkan untuk membangun kapal dengan aspek keselamatan yang memadai. Selain itu, pemilik kapal tradisional juga membutuhkan dukungan bimbingan untuk keselamatan kapal.

Soerjanto menilai kondisi kapal yang sesuai sangat dibutuhkan untuk menghadapi cuaca buruk. "Cuaca sekarang makin dinamis. Sekarang ini tidak bisa melakukan prakiraan cuaca kalau tidak pakai teknologi. Khususnya di daerah tropis, cuaca gampang berubah," tutur Soerjanto.

Terlebih, Soerjanto mengatakan kecelakaan kapal masih selalu ada di Indonesia bagian timur dan barat. Kecelakaan tersebut termasuk untuk kapal niaga penyeberangan dan kapal tradisional.

"Kapal-kapal tradisional ini memang kalau dari sisi pemenuhan keselamatan belum bisa terpenuhi. Masalah cuaca ini, ada peringatan dini tapi tidak sampai ke teman-teman pelayaran," jelas Soerjanto.

Dia menuturkan kapal-kapal tradisional memiliki keterbatasan untuk mengarungi cuaca dengan gelombang dua sampai tiga meter. Soerjanto menuturkan kapal tradisional masih dominan dengan kondisi yang seperti itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement