Rabu 21 Sep 2022 16:35 WIB

Militer Myanmar Bantah Serang Sekolah Sebabkan Belasan Siswa Tewas

Junta Myanmar membantah laporan yang menyebut mereka melancarkan serangan ke sekolah

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Puing-puing dan jelaga menutupi lantai sebuah sekolah menengah di desa Let Yet Kone di kotapraja Tabayin di wilayah Sagaing Myanmar pada Sabtu, 17 September 2022, sehari setelah serangan udara menghantam sekolah tersebut. Serangan itu menewaskan sejumlah orang dewasa dan anak-anak, menurut seorang administrator sekolah dan sukarelawan yang membantu para pengungsi.
Foto: AP
Puing-puing dan jelaga menutupi lantai sebuah sekolah menengah di desa Let Yet Kone di kotapraja Tabayin di wilayah Sagaing Myanmar pada Sabtu, 17 September 2022, sehari setelah serangan udara menghantam sekolah tersebut. Serangan itu menewaskan sejumlah orang dewasa dan anak-anak, menurut seorang administrator sekolah dan sukarelawan yang membantu para pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW – Junta Myanmar membantah laporan yang menyebut mereka melancarkan serangan ke sebuah sekolah di wilayah Sagaing. Menurut UNICEF, sedikitnya 11 siswa tewas akibat serangan tersebut.

Juru bicara junta Myanmar Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengakui telah terjadi pertempuran di kotapraja Tabayin di wilayah Sagaing pada Jumat (16/9/2022) pekan lalu. Personel militer dikerahkan ke sana untuk memeriksa informasi tentang keberadaan anggota Angkatan Pertahanan Rakyat dan sekutunya Tentara Kemerdekaan Kachin atau Kachin Independence Army, yakni sebuah kelompok pemberontak etnis. Angkatan Pertahanan Rakyat dibentuk tahun untuk menentang kekuasaan militer Myanmar.

Baca Juga

Zaw Min Tun mengklaim, sebelum pertempuran berlangsung, anggota Angkatan Pertahanan Rakyat dan Tentara Kemerdekaan Kachin menggiring penduduk desa ke sebuah biara. “Mereka memaksa orang-orang untuk tinggal di bawah bangunan utama biara. Dan kemudian mereka mulai menembaki pasukan keamanan sambil menggunakan penduduk desa sebagai tameng manusia. Tentara membalas mereka,” ucapnya dalam konferensi pers, Selasa (20/9/2022).

Menurut Zaw Min Tun, tentara menyelamatkan orang-orang yang bersembunyi di biara setelah kelompok pemberontak bersenjata melarikan diri. Tentara pun menemukan dua anak dengan luka serius dan segera membawa mereka ke rumah sakit militer dengan menggunakan helikopter. Sementara penduduk desa lainnya yang terluka dibawa ke rumah sakit terdekat.

Zaw Min Tun menuduh bahwa laporan serangan terhadap sekolah yang menewaskan belasan siswa sengaja dibuat tepat sebelum pertemuan tahunan Majelis Umum PBB. Sebab dalam pertemuan itu, isu krisis kekerasan Myanmar akan diperdebatkan.

Keterangan berbeda dituturkan oleh sejumlah saksi yang berada di lokasi pada saat pertempuran berlangsung. Mereka mengungkapkan, dua helikopter dengan senapan mesin melepaskan berondongan tembakan ke sekolah di sebuah biara Buddha di desa Let Yet Kone. Terdapat 240 siswa dari taman kanak-kanak hingga kelas 8 yang diajar oleh sekitar 20 guru sukarelawan di sekolah tersebut.

Seorang administrator sekolah mengatakan, setelah sekitar satu jam penembakan terus menerus, sekitar 80 tentara menyerbu masuk ke halaman biara sambil melepaskan tembakan. Administrator, yang menggunakan nama samaran Mar Mar mengungkapkan sekitar 30 anak terluka. Sementara 20 lainnya dibawa pergi oleh tentara bersama dengan tiga guru.

Sebelumnya UNICEF menyebut terdapat sedikitnya 11 siswa yang tewas akibat serangan militer Myanmar. “Pada 16 September, setidaknya 11 anak tewas dalam serangan udara dan tembakan membabi buta di wilayah sipil,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin (19/9/2022).

UNICEF menegaskan, sekolah harus aman dan tidak boleh menjadi target dalam pertempuran. Sementara itu, Direktur Regional Save the Children Asia Hassan Noor menyampaikan belasungkawa atas tewasnya sejumlah siswa akibat serangan junta Myanmar. "Berapa banyak lagi insiden seperti ini yang perlu dilakukan sebelum tindakan diambil?" ujar Noor seraya mendesak Dewan Keamanan PBB dan ASEAN untuk segera mengambil tindakan terhadap junta Myanmar.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement