Senin 19 Sep 2022 15:40 WIB

PBB Sebut Kebijakan Taliban Melarang Perempuan Sekolah Memalukan

Taliban melarang wanita bersekolah.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
 PBB Sebut Kebijakan Taliban Melarang Perempuan Sekolah Memalukan. Foto:  Gadis-gadis Afghanistan berpartisipasi dalam pelajaran di Sekolah Menengah Wanita Tajrobawai di Herat, Afghanistan pada 25 November 2021.
Foto: AP/Petros Giannakouris
PBB Sebut Kebijakan Taliban Melarang Perempuan Sekolah Memalukan. Foto: Gadis-gadis Afghanistan berpartisipasi dalam pelajaran di Sekolah Menengah Wanita Tajrobawai di Herat, Afghanistan pada 25 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID,KABUL — Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) mendesak Taliban pada Ahad (18/9/2022), untuk membuka kembali sskolah menengah bagi anak-anak perempuan di seluruh Afghanistan. PBB mengutuk larangan yang dimulai tepat setahun lalu sebagai tragis dan memalukan.

Beberapa minggu setelah Taliban merebut kekuasaan Afghanistan pada Agustus tahun lalu, kelompok Islam garis keras membuka kembali sekolah menengah untuk anak laki-laki pada 18 September 2021, tetapi melarang siswi sekolah menengah mengikuti kelas untuk belajar.

Baca Juga

Beberapa bulan kemudian pada 23 Maret, kementerian pendidikan membuka sekolah menengah untuk anak perempuan, tetapi hanya dalam beberapa jam kepemimpinan Taliban memerintahkan kelas untuk segera ditutup kembali.

“Sejak itu, lebih dari satu juta gadis remaja telah kehilangan pendidikan di seluruh negeri,” kata Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) dilansir dari Alaraby, Senin (19/9/2022).

"Ini adalah ulang tahun yang tragis, memalukan, dan sepenuhnya dapat dihindari," kata penjabat kepala UNAMA, Markus Potzel dalam sebuah pernyataan.

“Ini sangat merusak generasi anak perempuan dan masa depan Afghanistan sendiri," katanya, seraya menambahkan larangan itu tidak ada bandingannya di dunia.

Sekjen PBB António Guterres mendesak Taliban untuk mencabut larangan tersebut.

"Setahun kehilangan pengetahuan dan kesempatan yang tidak akan pernah mereka dapatkan kembali," kata Guterres di Twitter.

"Anak-anak perempuan seharusnya bersekolah. Taliban harus membiarkan mereka masuk kembali."

Beberapa pejabat Taliban mengatakan larangan itu hanya sementara, tetapi mereka juga telah mengeluarkan banyak alasan untuk penutupan, dari kurangnya dana hingga waktu yang dibutuhkan untuk merombak silabus di sepanjang garis Islam.

Awal bulan ini, menteri pendidikan yang dikutip oleh media lokal mengklaim itu adalah masalah budaya, karena banyak orang pedesaan tidak ingin anak perempuan mereka bersekolah.

Setelah merebut kekuasaan pada 15 Agustus tahun lalu di tengah penarikan pasukan asing yang kacau, Taliban menjanjikan versi yang lebih lembut dari rezim Islam keras mereka yang memerintah Afghanistan antara tahun 1996 dan 2001.

Tetapi dalam beberapa hari mereka mulai memberlakukan pembatasan ketat pada anak perempuan dan perempuan untuk mematuhi visi mereka yang keras tentang Islam, secara efektif membuat mereka keluar dari kehidupan publik.

Selain menutuo sekolah menengah untuk anak perempuan, Taliban telah melarang perempuan dari banyak pekerjaan pemerintah dan juga memerintahkan mereka untuk memakai burqih di depan umum.

Beberapa sekolah menengah untuk anak perempuan tetap dibuka di provinsi-provinsi yang jauh dari basis kekuatan pusat Kabul dan Kandahar. Ini dapat terwujud karena tekanan dari keluarga dan pemimpin suku yang mendukung.

Sumber:

https://english.alaraby.co.uk/news/kyrgyzstan-says-tajikistan-clashes-death-toll-rises-36

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement