Ahad 18 Sep 2022 12:23 WIB

Biden Desak Putin tidak Gunakan Senjata Nuklir atau Kimia

Penggunaan senjata nuklir akan ubah wajah perang ke arah yang tidak pernah dilihat

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis dalam merespon kemenangan Ukraina di sejumlah wilayah.
Foto: AP/Susan Walsh
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis dalam merespon kemenangan Ukraina di sejumlah wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis dalam merespon kemenangan Ukraina di sejumlah wilayah. Hal ini disampaikan dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS News.

Pekan ini militer Ukraina memukul mundur pasukan Rusia dalam pertempuran di sebelah timur laut negara itu. Para nasionalis Rusia pun menekan Putin untuk segera merebut kembali wilayah-wilayah tersebut.

Baca Juga

Putin sudah memperingatkan Moskow akan merespon dengan keras bila pasukannya terus tertekan. Peringatan itu menimbulkan kekhawatiran di titik tertentu Putin menggunakan cara-cara tidak konvensional seperti senjata kimia atau nuklir kecil.

Dalam program 60 Minutes, Biden ditanya apa yang akan ia sampaikan pada Putin bila Presiden Rusia itu mempertimbangkan senjata semacam ini. "Jangan, jangan, jangan, itu akan mengubah wajah perang ke arah yang tidak pernah kita lihat sebelumnya sejak Perang Dunia II," kata Biden dalam cuplikan wawancara tersebut, Sabtu (17/9/2022).

Biden mengatakan respon AS akan "konsekuensial" tapi ia menolak membahas detailnya. "(Rusia) akan semakin menjadi musuh bagi dunia dibandingkan sebelumnya,." kata Biden.

"Respon apa yang akan kami ambil tergantung pada besarnya apa yang akan mereka lakukan," tambahnya.

Pejabat pemerintah Rusia sudah membantah kekhawatiran Barat, Moskow akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Tapi pihak Barat masih khawatir.

Dalam pidato mengumumkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu, Putin menyampaikan peringatan terselubung tapi jelas. Bila Barat mengintervensi invasi yang mereka sebut "operasi militer khusus" maka ia dapat menggunakan senjata nuklir untuk meresponnya.

"Tidak peduli siapa yang menghalangi jalan kami atau menciptakan ancaman pada negara dan rakyat kami, mereka harus tahu Rusia akan segera meresponnya, dan konsekuensinya tidak akan pernah anda dilihat dalam sejarah," kata Putin berdasarkan terjemahan Kremlin.

Pilihan lain bagi Putin adalah memobilisasi pasukan cadangan yang sebanyak sekitar 2 juta orang, dan menekan Eropa yang telah mempersenjatai Ukraina. Dengan melarang semua ekspor energi ke Uni Eropa selama musim dingin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement