Jumat 16 Sep 2022 10:14 WIB

Islam Agama Damai, Umatnya Jangan Dihina!

Belajar dari kasus Eko Kuntadhi.

Pegiat media sosial Eko Kuntadhi saat menyampaikan permohonan maaf kepada Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz yang diwakili suaminya Gus Rifqil Muslim di Ponpes Lirboyo, Kediri, Kamis (15/9).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Pegiat media sosial Eko Kuntadhi saat menyampaikan permohonan maaf kepada Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz yang diwakili suaminya Gus Rifqil Muslim di Ponpes Lirboyo, Kediri, Kamis (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof DR Agus Suradika, Pakar Pendidikan dan Wakil Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jakarta

Jagat raya dunia maya sempat gaduh oleh komentar miring Eko Kuntadhi atas ceramah Ustadzah Ning Imaz , Putri KH. Abdul Khaliq Ridwan dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. "Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan," demikian cuit Eko atas potongan video ceramah Ning Imaz yang tengah menjelaskan tafsir ayat 14 surat Ali Imran. 

Cuitan yang tendensius menghina Islam itu bukan kali pertama dilakukan oleh pegiat media sosial ini. Sebelumnya, Eko juga menghina ulama Islam lainnya, antara lain Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat.

Eko bukanlah satu-satunya pegiat media sosial yang kerap membuat kegaduhan. Masih ada sejumlah nama yang serupa aktivitasnya dengan Eko Kuntadhi: menghina Islam dan bikin gaduh dunia maya. Oleh karena itu, sangat aneh jika ada pihak yang masih meragukan adanya Islamophobia di Indonesia.

Baca juga : Ini Enam Poin Catatan Permintaan Maaf Eko Kuntadhi ke Ning Imaz

Eko Kuntadhi sudah meminta maaf kepada Ustadzah Ning Imaz. Sebuah kesadaran, sikap, dan perilaku yang patut dihargai. Ustadzah Ning Imaz sudah memberi maaf, sebuah sikap terpuji yang sangat mulia. Islam mengajarkan saling memaafkan, meminta maaf adalah perbuatan mulia, memberi maaf lebih mulia lagi. Semoga sikap saling memaafkan ini membawa berkah bagi kedua belah pihak dan kebaikan bagi kehidupan bersama di Indonesia.

Pemberian maaf dari keluarga besar Ustadzah Ning Imaz dan pesantren Lirboyo atas permintaan maaf Eko Kuntadhi ini merupakan pembelajaran penting dari bagaimana seharusnya hidup bermasyarakat berdasarkan tuntunan agama. Agama Islam mengajarkan adab, kesantunan, saling menghargai, akhlak, moral, dan perbuatan baik lainnya. 

Dalam perpsektif Muhammadiyah, berdasarkan buku Panduan Hidup Islami Warga Muhammadiyah, kehidupan bermasyarakat  harus ditunjukkan dengan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat sejahtera lahir batin, memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain, menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanamkan kasih sayang, dan panduan perbuatan baik lainnya dalam hidup bermasyarakat,

Semoga permintaan maaf Eko Kuntadhi benar-benar didasarkan pada kesadaran kemanusiaannya. Meminta maaf karena pengakuan atas kesalahannya, bukan karena ketakutan pada serangan balik. Islam agama yang mengajarkan kedamaian. Namun, jangan menyerang umat Islam. Bila umat Islam diserang, jangan salahkan bila penyerang akan diserang dengan serangan yang lebih dahsyat. Dengan meminta maaf, Eko Kuntadhi telah menunjukan bagaimana sikap seorang kesatria.

Baca juga : Tiga Akun Twitter Penghina Ning Imaz Digembok dan Lenyap

Ustadzah Ning Imaz dipastikan tetap semangat berdakwah, memberikan pencerahan kepada umat, Pesantren Lirboyo telah menunjukan kemuliaan ajaran Islam dengan menghormati, menerima dengan santun, dan memberi maaf atas kesalahan Eko Kunthadi.  

Semoga sikap saling memaafkan ini menjadi contoh bagi semua anak bangsa, termasuk kepada elite di DPR dan oknum petinggi TNI yang saat ini masih menunjukan sikap belum dewasa dalam memberi dan menerima kritik. Indonesia adalah bangsa besar yang sudah 77 tahun merdeka. Seharusnya seluruh komponen bangsa, terutama para elite, sudah dapat menunjukkan praktik hidup yang saling menghargai. 

 

Magelang, 16 September 2022

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement