Kamis 15 Sep 2022 19:11 WIB

Indonesia Dinilai Punya Modal Jadi Penengah Masalah Dunia

Mahasiswa didorong menjadi diplomat guna membawa misi Indonesia sebagai juru damai

Hasto Kristiyanto saat memberikan Kuliah Umum dengan tema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara di Universitas Mataram (Unram), NTB, Kamis (16/9/2022).
Foto: istimewa
Hasto Kristiyanto saat memberikan Kuliah Umum dengan tema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara di Universitas Mataram (Unram), NTB, Kamis (16/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doktor Ilmu Pertahanan Dr.Hasto Kristiyanto mengajak para mahasiswa menjadi diplomat andal guna membawa misi Indonesia sebagai juru damai dunia.Hasto meminta para mahasiswa untuk mampu melihat ke luar (outward look) dan memiliki daya imajinasi seperti yang dilakukan oleh pendiri bangsa, seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan lainnya.

"Indonesia harus menjadi juru damai bangsa-bangsa. Ada konflik di Timur Tengah, Indonesia harus jadi juru damai. Ketegangan di Laut China Selatan, Indonesia harus terdepan," kata Hasto saat memberikan Kuliah Umum dengan tema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara di Universitas Mataram (Unram), NTB, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/9/2022).

Baca Juga

Dalam kuliah umum Hasto ini, hadir Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Rektor Unram Prof. Bambang Hari Kusumo, anggota DPR RI sekaligus Ketua DPD PDIP NTB Rachmat Hidayat, dan Sekretaris Umum DPP Bamusi sekaligus anggota Komisi VII DPR RI  Nasyirul Falah Amru atau Gus Falah.

Di hadapan ratusan mahasiswa civitas academica Unram, Hasto mengingatkan bagaimana era Bung Karno dengan keterbatasan ekonomi mampu mengirimkan bantuan kepada negara terjajah untuk merdeka.

Dia mencontohkan bagaimana Indonesia membantu Pakistan agar merdeka dari Inggris. "Ini pertanyaan kunci untuk belajar sejarah, untuk menemukan api spirit di dalam sejarah tersebut demi mempelajari masa depan," kata Hasto.

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan itu juga menyampaikan, harusnya Indonesia menjadi negara yang menjembatani pertemuan kelas dunia.

"Itu harusnya tugas kita. Karena itulah, padahal Bung Karno, Bung Hatta, dan pendiri bangsa lainnya pada masa lalu bisa membuat Indonesia menjadi negara pemimpin dunia," jelas dia.

Preseden itu pernah dilakukan Indonesia ketika menjembatani dua kekuatan besar saat Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur. Indonesia, lanjut dia, juga menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA).

"Kita mampu menggelar Konferensi Asia Afrika, di mana mahasiswa-mahasiswanya terlihat aktif dalam konferensi itu. Dalam konferensi itu, sukarelawan ialah mahasiswa dan mahasiswi. Mereka menjadi sukarelawan itu menggelorakan spirit bahwa Indonesia yang baru merdeka bisa menjadi jembatan kemerdekaan antarbangsa dan meredam berbagai konflik itu," jelas Hasto.

Mengingat kuliah umum tersebut membahas pertahanan negara dalam cara pandang geopolitik, maka hadir juga Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Sonny Aprianto. 

Kata Hasto, pertahanan nrgara berkaitan dengan survival sebagai bangsa, dan juga bagaimana membangun kekuatan pertahanan yang disegani di dunia internasiona. Bahkan ke depan, harus terkuat di kawasan Samudera Hindia sebagainana digagas oleh Bung Karno.

“Disinilah perguruan tinggi memiliki peran penting dalam penguasaan iptek untuk pertahanan negara dalam pengertian luas. Hakekat pertahanan menyentuh seluruh aspek kehidupan bangsa”, ujar Hasto

Sementara itu, Rektor Unram menyampaikan terima kasihnya atas kedatangan Hasto dalam memberikan kuliah umum. Dia menilai orasi yang dibawakan Hasto seakan-akan membawa seluruh audiens betapa besarnya jejak Indonesia bagi dunia.

"Kita seperti dibawa ke tahun 40, 50, 60-an di mana seluruh rakyat Indonesia punya jiwa yang berkobar-kobar demi bangsa ini." kata Bambang.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menambahkan dirinya sangat mengenal pemateri sejak lama. Dia bahkan menyebut Hasto sebagai sahabatnya.

"Dulu sama-sama beliau di Komisi VI DPR. Beliau saya kenal sebagai anggota PDI Perjuangan paling kritis. Jarang-jarang ada politisi latar belakang kimia UGM," kata Zulkifliemansyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement